Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts Coolbthemes

Sunday, September 19, 2010

Sepakbola Indonesia Cerminan Carut Marutnya Bangsa


Sebenarnya gampang untuk kita bisa menilai bagaimana nasib negeri ini, bangsa berbudaya yang sangat kita banggakan. Cukup dengan melihat sepak bola. Ya, sepak bola yang ada di Indonesia. Bukan maksud, kita pengen memikirkan nasib negara hanya dengan bersorak-sorak di pinggir lapangan. Tetapi tepat untuk dimengerti kondisi persepakbolaan nasional. Banyak aspek yang bisa kita samakan atau kategorikan dalam menilai kondisi bangsa ini di dalam apa yang terjadi di sepak bola nasional.

Dari segi prestasi, apa coba yang baru-baru ini direngkuh oleh timnas maupun klub yang berlaga di kancah asia maupun dunia. Hmm pencapaian terbesar timnas ada di tahun lalu yakni berhasil juara di Piala Kemerdekaan. Itupun karena lawannya WO di final. Sempet seeh maen cantik di Piala Asia 2007, dimana nasionalisme begitu terasa di anak-anak garuda. Tapi kini semua melempem, bahkan pernah Persik Kediri dicukur abiz di Liga Champions Asia dengan skor 0-15!!! Kini timnas kekuatannya sudah setara dengan tim-tim negara selevel Myanmar, Vietnam, atau bahkan Laos. Hal ini sama dengan prestasi negara. Kita bisa lihat, prestasi yang dimiliki adalah prestasi-prestasi kategori negatif. Entah bagaimana ini bisa terjadi begitu detil bahkan sampai akar-akar kejelekannya. Ya, Indonesia adalah negara dengan prestasi hutang luar negeri terbanyak, korupsi terbesar, penggundulan hutan paling cepat, gizi buruk, angka kemiskinan yang besar, dan prestasi terbaik keburukannya yang laen.

Dari segi yang laennya, yaitu perihal SDM (Sumber Daya Manusia). Indonesia merupakan negara penggila bola yang besar, bukan hanya cukup besar. Dengan jumlah penduduk yang banyak, tentunya sekedar memenuhi sebelas pemain bola handal tidak akan sulit. Tapi teori itu tidak terjadi di sini. Indonesia masih saja kekurangan pemain bola yang benar-benar mampu membuat timnas bersaing di kancah asia maupun dunia. Bahkan selalu wacana impor pemain alias naturalisasi pemain asing terus didengungkan. Sebenarnya kita perlu menyadari satu hal, bahwa banyak anak bangsa yang berbakat. Potensi yang mumpuni yang mereka miliki ini tidak mampu berkembang. Sebuah pencapaian yang luar biasa, di tingkat junior kita masih dapat berbicara di tingkat dunia. Mereka, anak-anak Indonesia seakan mempunyai kemampuan lebih di atas anak-anak negara lain. Namun ternyata di tingkat senior, untuk berbicara di level ASEAN saja sekarang susah bukan main. Apa yang salah. Banyak yang menuding bahwa kesalahan ada di di sistem. Ada di proses pembinaan. Mungkin ada benarnya jika kita bicara seperti itu, bahwa orang-orang yang bertanggung jawab membina aset bangsa inilah yang salah.

Kita bandingkan dengan kondisi negeri ini dalam hal masyarakatnya, wakil rakyatnya, dan pemimpin rakyat. Sebelumnya kita tengok hasil sensus penduduk terbaru melihatkan betapa besarnya kita dari segi jumlah manusianya. Tapi, angka demikian ternyata memperlihatkan betapa besarnya kita dari segi permasalahan yang ditimbulkan oleh banyaknya kepala yang mendiami Indonesia. Ibu kota Jakarta saja sekarang sudah tidak pantas lagi disebut ibu kota negara. Penumpukan penduduk sebanding dengan tingkat pengangguran, kejahatan yang terjadi, banjir, macet, dan carut marut lain yang melanda “ibu kota” kita. Mengutip kembali kalimat apa yang salah. Coba diteruskan lagi dengan kalimat sistem yang salah. Ya, segala kebijakan yang bermain di Indonesia, orang-orang yang katanya mewakili rakyat di gedung mewah, serta orang-orang yang punya amanah besar di negeri ini ternyata kurang mampu mengayomi dan membentuk sistem atau kondisi bangsa yang lebih baik. Minimal lebih baik dari sekarang.

Terkait juga dengan mentalitas. Kembali ke persepakbolaan nasional, liga kita yang berisi pemain-pemain professional dan amatir ternyata dalam pertandingan masih sama saja. Bisa dibilang mereka sama sekali gak professional. Gak sebanding dengan gaji mereka yang kini pemain bola sudah bergaji sedemikian tinggi. Pertandingan bola memang menghasilkan pemenang dan yang kalah. Tapi kalah yang mereka dapati masih saja kurang bisa diterima dengan besar hati. Selalu kambing hitam yang mereka cari. Wasit terutama. Kadang kasihan melihat wasit di negeri ini, yang keselamatannya gak sebanding dengan asuransi jasa raharja sekalipun. Kita tahu hal-hal macam tawur, rusuh, berkelahi, perusakan, pelemparan, dan aksi anarkis lainnya sering terjadi dalam liga Indonesia. Liga yang kini berlabel Super, ternyata juga makin super kerusuhannya.
Seperti masyarakat di negeri ini. Mereka gampang tersulut emosi. Biasanya masa kampanye, masa Pilkada, sering terjadi kerusuhan. Demo ada dimana-mana, aksi penyerangan terjadi sana-sini. Dalam konser musik pun, yang seharusnya diisi suasana meriah harus berganti hujan darah. Ada saling tikam antar tetangga, kasus pemerkosaan, kasus penyelundupan bayi, dan aneka kasus unik yang bertebaran di Indonesia tiap hari bisa kita saksikan di siaran televisi.

Carut marut memang, sepak bola Indonesia. Carut marut memang kondisi bangsa ini. Kita sudah punya pemimpin, tapi beliau bukanlah orang yang harus bertanggung jawab seorang diri. Kita sebagai generasi muda, musti memperjuangkan nasib bangsa kita ini. Sebenarnya simpel, nasib bangsa ditentukan oleh tindakan masyarakatnya. Apakah mereka mau terus seperti ini, ataukah mau berjuang lebih untuk memajukan Indonesia. Seperti yang kita tahu, Jangan Melihat Apa Yang Negaramu berikan Kepadamu, Tetapi Apa Yang Mampu Kamu Berikan kepada Negaramu. Hmm satu pesan lagi, menyiggung kenyataan pemain keturunan Indonesia yang moncer di negara lain, mereka adalah aset bangsa. Sebenarnya potensi yang dimiliki jangan sampai lepas ke tangan orang lain. Laksana hal tersebut, gw pengen pemenang-pemenang olimpiade dari Indonesia, entah menang apapun itu, bolehlah ada beasiswa ke luar negeri. Tapi mereka haruslah yang benar-benar dijaga dan dimanfaatkan sebagai para ahli yang mampu ikut mengurusi bangsa, bukan mengurusi diri sendiri atau jenjang studi dan karir pribadi. Tapi semata-mata demi Indonesia Raya… harapan yang sama buat timnas, supaya lagu itu terdengar di ajang bergengsi apalagi kalau bukan Piala Dunia…

0 comments:

Post a Comment