Sejak kecil ia sangat mengagumi sepak bola. Tak hanya sebagai seorang penonton setia, tapi ia juga lihai memainkan si kulit bundar itu... Hampir tiap siang sampai sore ia hadir di tengah lapangan kecil dekat rumah maupun sekolahnya... Kecintaannya pada sepak bola sangat besar.. Padahal usianya baru sekitar 5 tahun. Ia pun tak pernah absen untuk sekedar nimbrung nonton bola tengah malam dengan ayahnya... Si ayah ini tak memaksa ia untuk menyukai sepak bola, apalagi dengan cara seperti itu. Dan seiring bertambahnya usia, ternyata kegilaan terhadap bola ini makin meninggi, hingga pada akhirnya ia tergabung dalam sebuah sekolah sepak bola...
Dari situ ia mulai memahami dan merasakan sepak bola yang terlatih,
dilengkapi dengan apparel lengkap dan perpaduan skill serta teknik. Memang itu
yang membuat berkembang, sampailah pada suatu saat ia ikut terlibat dalam
turnamen tingkat kota dan provinsi. Di sisi lain, ia adalah seorang anak biasa yang
seperti pada umumnya merupakan seorang pelajar di bangku sekolah pendidikan.
Hobi dan kewajiban mulai saat itu terus berjalan berdampingan...
Prestasi pun ia raih, bukan hanya dalam sekolah di bangku kelas.. tapi
juga prestasi di lapangan. Gelar juara tingkat kabupaten sekaligus top scorer
turnamen dua kali berturut-turut berhasil ia sumbangkan untuk mengharumkan
daerah asal. Memang hanya sebatas pada level itu. Namun pencapaiannya yang berhasil
masuk tim utama SSB itu tadi juga sukses menempatkan posisi juara III grup wilayah
Jatim, ikut andil pula dalam juara 1 se-Kabupaten dan juara 2 se-Karisidenan.
Menjuarai kompetisi-kompetisi kecil tingkat sekolah, dan membawa namanya pernah
jadi bahan perbincangan dengan sering ikut menjadi bagian dari tim daerah yang
lain.
Beberapa tahun berselang didapati si anak itu kini hanya seorang
mahasiswa dengan background study pertanian, siapa yang membayangkan, kecilnya seperti
itu maka besarnya akan jadi apa..
Menengok kepada perkembangan sepak bola dalam negeri sekarang, mungkin
kasus serupa atau bahkan lebih dari itu pasti banyak ada. Misalkan seorang anak
petani di daerah pegunungan, anak sebatang kara di daerah pelosok, bocah suku
di pedalaman, dan bocah pencari ikan di tepi pantai.. Mereka tak sedikit yang
mempunyai potensi. Bahkan kecintaannya kepada sepak bola mungkin melebihi kata
hobi. Makna bekerja sama dalam satu tim, mencetak gol, dan meraih kemenangan
mereka sangat sukai. Namun tak sedikit pula dari mereka yang hanya bisa sebatas
itu, tak lebih. Apalagi untuk dapat menjadikan sepak bola sebagai sandaran
hidup mencari uang.
Miris rasanya jutaan anak negeri bahkan lebih ini pada akhirnya tak
tersalurkan bakat yang ia miliki. Jumlah penduduk yang sekian banyak ini juga
sulit untuk didapatkan jagoan 11 pemain bola terlebih berharap prestasi. Sudah
selayaknya sistem pencarian bakat dan pembinaan pemain usia dini sangat digencarkan
dan digarap sangat serius. Selain itu perlu diperhatikan pula mengenai latar
belakang sosial budaya dan pendidikannya... Agar mentalitas dapat tetap dipupuk
dan dijaga...
Banyak prestasi anak negeri sekarang yang sukses menjuarai
turnamen-turnamen internasional, itu bukti nyata bahwa bakat kita tak kalah
dengan negara kuat manapun.. Tinggal bagaimana sistem itu untuk melahirkan
kontinuitas sikap, mentalitas, skill, teknik, dan nasionalisnya....
(Sebuah Refleksi Masa Kecil, Berharap Sepak Bola
Lebih Bermakna Untuk Anak Negeri)
0 comments:
Post a Comment