Pertanyaan
No.1
Dapat dikatakan bahwa
kadar unsur Nitrogen sebagai unsur hara makro di dalam tanah sering kali mengalami
kemerosotan. Berikan penjelasan mengenai apa penyebabnya, bagaimana cara
meningkatkannya dan kemudian hubungkan dengan kaitannya pada tanaman untuk
mengefisienkan penggunaannya?
Pembahasan
Kadar N di dalam tanah
Nitrogen di dalam tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan
N dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan. Nitrogen yang dikandung tanah
pada umumnya rendah, sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau
sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain rendah, Nitrogen di dalam
tanah mempunyai sifat yang dinamis (mudah berubah dari satu bentuk ke bentuk
lain seperti NH4 menjadi NO3, NO, N2O dan N2)
dan mudah hilang tercuci bersama air drainase. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaannya,
pupuk N dalam bentuk urea atau ZA harus diberikan 2-3 kali untuk satu musim
tanam. Namun bila pupuk N yang digunakan adalah pupuk yang zat haranya tersedia
lambat seperti urea tablet/briket/granul, maka pemberiannya cukup satu kali
untuk satu kali musim tanam.
Tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil, daunnya berwarna
kuning dan mudah gugur, pembungaan terlambat, dan pertumbuhan akar terbatas
sehingga produksi rendah. Kekurangan N dapat diperbaiki dengan pemupukan N
dalam berbagai bentuk seperti Urea, ZA,
DAP, pupuk majemuk NPK, dan pupuk organic seperti: kompos, azolla, pupuk hijau,
dan kotoran ternak.
Pemberian pupuk N yang tepat jumlah, waktu, dan jenis, dapat
meningkatkan efisiensi biaya dan efisiensi pupuk sehingga tanaman akan tumbuh
secara optimal. Dengan pemberian N yang tepat (tidak berlebihan) diharapkan
pula tidak terjadi pencemaran lingkungan tanah dan air.
Permasalahan
yang sering dijumpai pada lahan kering adalah cepat menurunnya tingkat
produktivitas lahan bila diusahakan untuk usaha tanaman sernusim. tanpa adanya
masukan pupuk yang cukup. Kemerosotan kesuburan tanah umumnya ditandai dengan
kekahatan unsur N didalarn tanah. Pada kondisi tropika basah, unsur N dalarn
tanah mudah sekali hilang sebagai akibat
proses volatilisasi, denitrifikasi, terangkut limpasan permukaan dan terutama
akibat pencucian. Hilangnya N melalui proses pencucian juga disebabkan
rendahnya sinkronisasi antara saat mineralisasi N dengan kebutuhan tanaman akan
N.
Salah
satu cara mengefisienkan penggunaan unsur N adalah mengkombinasikan tanaman
pagar berperakaran dalam dengan tanaman pangan yang berperakaran dangkal,
dalam. suatu sistern pola tanam, yaitu sistern. budidaya pagar. Maka kelebihan
unsur N yang tercuci ke lapisan bawah dapat dimanfaatkan oleh tanaman pagar
untuk memenuhi kebutuhannya, dan pada suatu saat akan kemibali ke lapisan atas
melalui pangkasan dan seresah yang jatuh selama proses pertumbuhannya. Menurut
Van Noordwijk et al. (1993), sistern perakaran yang intensif dan dalam, dapat
berperan dalarn mengambil air dan hara dari lapisan tanah bawah dan diharapkan
bisa menjadi "jala penyelamat unsur hara". Pengujian hipotesis "jala
penyelamat hara" di sistem budidaya pagar ini dilakukan melalui pendekatan
pengujian kondisi yang diperlukan agar tanaman pohon dapat berperanan sebagai
"jala penyelamat bara", kondisi tersebut telah diidentifikasikan oleh
Van Noordwijk et al. (1996) yaitu: (1) tanaman pohon harus mempunyai cukup perakaran
halus dilapisan tanah bawah, (2) lapisan tanah bawah harus memperoleh stock
unsur hara tersedia yang cukup melalui proses pencucian unsur hara, dan (3)
kandungan air tanah pada lapisan tanah bawah harus cukup untuk dapat memberi
fasilitas pengangkutan unsur hara secara difusi kedalarn sistern perakaran.
Pertanyaan
No.2
Bagaimanakah unsur Kalium
(K) itu sebagai salah satu unsur hara makro di dalam tanah, dapat berperan
dalam pertumbuhan perkembangan tanaman? Benarkah dalam pengembangan tanaman padi,
jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai penambah unsur K tersebut?
Pembahasan
Kadar K dalam Tanah
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah (feldspar,
mika, vermikulit, biotit, dll), dan bahan organik sisa tanaman. K dalam tanah
mempunyai sifat yang mobile (mudah bergerak) sehingga mudah hilang
melalui proses pencucian atau terbawa arus pergerakan air. Berdasarkan sifat
tersebut, efisiensi pupuk K biasanya rendah, namun dapat ditingkatkan dengan
cara pemberian 2-3 kali dalam satu musim tanam.
Kalium dalam tanaman berfungsi mengendalikan proses fisiologis dan
metabolisme sel, meningkatkan daya tanah terhadap penyakit. Kekurangan hara
kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak), proses pengangkutan
hara, pernafasan, dan fotosintesis terganggu, yang pada akhirnya mengurangi
produksi.
Pada tanaman padi, sebagian hara K dapat digantikan oleh jerami padi
yang dikembalikan sebagai pupuk organik. Kadar K dalam jerami umumnya 1 %
sehingga dalam 5 ton jerami terdapat sekitar 50 kg K setara dengan pemupukan 50
kg KCl/ha. Pengembalian jerami dalam bentuk segar maupun dikomposkan di lahan
sawah harus digalakkan, karena selain mengandung unsur K juga mengandung unsur
hara lain seperti N, P, Ca, Mg dan unsur mikro, hormon pengatur tumbuh serta
asam-asam organik yang sangat berguna bagi tanaman. Penambahan jerami dan bahan organik lain dapat meningkatkan kadar
bahan organik tanah dan keragaman hayati/biologi tanah yang secara tidak
langsung dapat meningkatkan dan mengefisienkan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman.
REFERENSI
http://balittro.@litbang.deptan.go.id//Agus Ruhnayat.
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
http://soil-fertility@indo.net.id//Balai
Penelitian Tanah. Petunjuk Penggunaan Perangkat uji
Tanah sawah (paddy soil test kit) Versi
1.0 2005
http://www.worldagroforestrycentre.org/sea
0 comments:
Post a Comment