Seperti yang diketahui bahwa biota, baik itu merupakan
fauna atau mikroba memiliki hubungan atau interaksi yang sangat terkait dengan
tumbuhan. Baik itu yang tidak dibudidayakan maupun yang dibudidayakan
(tanaman). Dan dalam kaitannya dengan ekosistem pertanian, interaksi antara
tanaman dan biota ini ada biota yang bersifat disengaja untuk dipelihara guna
diharapkan hasilnya atau disebut biota produktif. Ada lagi biota destruktif, yang berpotensi
menggagalkan atau menurunkan panen (hasil produksi dari biota produktif).
Kemudian yang disebut biota sumberdaya, yakni mempengaruhi atau meningkatkan
proses hasil produksi dari biota produktif.
Untuk kasus ini, yang dibahas adalah mengenai biota yang
bersifat negatif atau merugikan, yang bisa dikategorikan sebagai biota destruktif.
Sebagai contoh yang kita ambil yaitu tentang Hama .
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian
rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama , penyakit dan gulma.
Sedangkan keberadaan serangga sebagai hama ,
pengkategorian serangga hama ini didasarkan pada sumber daya yang
dipengaruhinya. Tiga kategori umum hama serangga
adalah hama estetika, hama kesehatan, serta hama pertanian dan kehutanan. Hama
estetika mengganggu suasana keindahan, kenyamanan, dan kenikmatan manusia. Hama
kesehatan menimbulkan dampak pada kesehatan dan kesejahteraan manusia berupa
luka, ketidaknyamanan, stress, sakit, pingsan, dan bahkan kematian. Sekitar 50%
dari seluruh jenis serangga penghuni bumi merupakan serangga herbivora yang
dapat merusak tanaman pertanian dan kehutanan secara langsung atau pun tidak
langsung.
Ada tujuh jenis vertebrata yang berperan sebagai hama yaitu dari kelas Aves
(burung) dan kelas Mamalia (Rodentia, Insectivora, Chiroptera, Carnivora,
Artiodactyla dan Primates). Di antaranya
tikuslah yang paling dominan sebagai hama
baik di pertanaman maupun di penyimpanan produk pertanian.
Hama pada Kelapa Sawit
Mengenal, memahami dan upaya
mendeteksi siklus hidup hama pada tanaman kelapa sawit secara dini mutlak harus
dilaksanakan karena akan memudahkan tindakan mencegah terjadinya ledakan
serangan hama yang tak terkendali. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui
deteksi dini dipastikan akan jauh lebih murah daripada pengendalian serangan
hama yang sudah menyebar luas.
Perkebunan kelapa sawit merupakan
jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang ditanam saat ini, baru akan
dipanem hasilnya setelah 2-3 tahun ditanam di lapangan. Sebagai tanaman
tahunan, pada kelapa sawit dikenal periode Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
yang lamanya bervariasi 2-3 tahun tergantung pada beberapa faktor yang terjadi
di sekitarnya, seperti ada / tidaknya serangan hama.
Dalam keadaan normal, terjadi mutasi
dari TBM menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) terjadi pada tahun ketiga setelah
tanam. Mutasi tersebut mutlak dilakukan dan perlu mendapat perhatian baik dari
segi lamanya masa TBM maupun persiapan yang perlu dikerjakan sebelum tanaman
dikerjakan. Pekerjaan awal ini sangat mempengaruhi kualitas hasil buah yaitu
kastersi / tunas pasir.
Hal ini sesuai dengan tujuan penanaman
kelapa sawit yaitu untuk menghasilkan produksi yang optimal. Untuk mendapatkan
produksi yang optimal, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi yang dapat menghambat produktifitas harus dipahami dan diupayakan
solusinya.
Salah satu faktor penghambat yang
perlu dipertimbangkan selain benih yang baik adalah serangan hama. Untuk
mengantisipasi serangan hama, sebelumnya harus mengenal dan memahami jenis hama
yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit. Selanjutnya segera deteksi siklus
hidup hama agar mudah dalam melakukan pencegahan dan pengendaliannya.
Pendekteksiasi tersebut dapat menyelamatkan tanaman kelapa sawit dari serangan
hama yang merugikan sehingga produksi dapat dipertahankan.
Hama yang sering menyerang tanaman
kelapa sawit diantaranya ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, kumbang
Adorektus dan Apogonia, serta babi hutan. Serangan hama ulat api dan ulat
kantong (ulat pemakan daun kelapa sawit) telah banyak menimbulkan masalah yang
berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) tanaman
yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi.
Hama pada Tanaman
Anggrek
Seperti jenis tanaman lain, anggrek spesies pun tidak luput
dari ancaman serangan hama .
Serangga, ulat, ngengat, kutu, dan siput merupakan beberapa contoh hama yang sering
mengganggu tanaman anggrek. Hama-hama tersebut umumnya menyerang atau memakan
bagian tanaman seperti daun atau bunga. Selain memakan bagian tanaman, sering kali hama-hama
tersebut meletakkan larva atau telurnya di bagian tanaman tersebut.
0 comments:
Post a Comment