Pembentukan Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang
kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan
tumbuhan rawa. Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang
dibentuk oleh adanya penimbunan/ akumulasi bahan organik di lantai hutan yang
berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya
laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik di lantai
hutan yang basah/ tergenang tersebut. Seperti gambut tropis lainnya, gambut di
Indonesia dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan
kandungan lignin dan nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi, di
ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai batang, cabang dan akar besar
(Murdiyarso et al, 2004).
Pembentukan gambut di beberapa daerah
pantai Indonesia diperkirakan dimulai sejak zaman glasial akhir, sekitar 3.000
- 5.000 tahun yang lalu. Untuk gambut pedalaman bahkan lebih lama lagi, yaitu
sekitar 10.000 tahun yang lalu (Brady, 1997). Jika dilakukan drainase atau
reklamasi, gambut berangsur-angsur akan kempes dan mengalami subsidence/ ambelas
yaitu penurunan permukaan tanah. Kondisi ini disebabkan oleh proses pematangan
gambut dan berkurangnya kandungan air. Lama dan kecepatan penurunan tersebut
tergantung pada kedalaman gambut. Semakin tebal gambut, penurunan tersebut
semakin cepat dan berlangsungnya semakin lama. Rata-rata kecepatan penurunan
adalah 0,3-0,8 cm/bulan, dan terjadi setelah 3-7 tahun setelah drainase atau
pengolahan tanah (Najiyati et al, 2005).
Tanah Organosol atau tanah histosol, yang lebih popular
disebut tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik
seperti sisa-sisa jaringan tumbuhan (dedaunan, ranting kayu, dan semak) yang
berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Tanah gambut umumnya selalu
jenuh air atau terendam sepanjang tahun kecuali di drainase.
Sederhananya tanah gambut secara alami
terdapat pada lapisan paling atas. Di bawahya terdapat lapisan tanah alluvial
pada kedalaman yang bervariasi. Lahan dengan ketebalan tanah gambut kurang dari
50 cm disebut sebagai lahan atau tanah bergambut. Disebut sebagai lahan gambut
apabila ketebalan gambut lebih dari 50 cm. Dengan demikian, lahan gambut
adalah lahan rawa dengan ketebalan gambut lebih dari 50 cm.
Karakteristik Tanah Gambut
Perilaku tanah gambut yang berbeda dengan
tanah lempung menjadikan tanah gambut mempunyai keunikan karakteristik
tersendiri. Misalnya, dalam hal sifat fisik tanah gambut adalah tanah yang
mempunyai kandungan organik tinggi, kadar air tinggi, angka pori besar, dan
adanya serat yang mengakibatkan tanah gambut tidak mempunyai sifat plastis.
Dari sifat mekaniknya tanah gambut mempunyai sifat kompresibilitas dan daya
dukung yang rendah.
Sulitnya identifikasi fase pada tanah
gambut ini diakibatkan oleh adanya serat yang membagi ruang pori menjadi makro
dan mikro pori, yang mana keberadaan makro dan mikro pori ini menyulitkan
pencapaian fase jenuh. Juga akibat adanya serat dan butiran halus yang
terkandung dalam tanah gambut mengakibatkan perbedaan karakteristik mekaniknya.
Sifat fisik tanah gambut: selalu tergenang
air, dekomposisi bahan organik lambat, konsistensi lepas, kepadatan masa
rendah, bersifat seperti spon (menyerap dan menahan air dalam jumlah besar),
drainase pada gambut akan diikuti oleh penyusutan massa, terjadi penurunan muka
tanah, tanaman tumbuh miring dan tumbang, mudah terbakar.
Sifat kimia
tanah gambut: bahan organik mentah sangat tinggi, asam humik dan fulfik tinggi,
pH 3 – 3.5, kandungan N tinggi dan tersedia, C/N tinggi, KPK tinggi, status
hara rendah kecuali N dan tidak seimbang, P, K, Mg, Cu, Zn, B dalam kondisi
defisien.
***Referensi:
Brady, M.A.
1997. Effect of Vegetation Changes on Organic Matter Dynamics in Three
Coastal Peat Deposits in Sumatra ,
Indonesia . In:
J. O. Rieley & S. E. Page, Biodiversity and Sustainability of Tropical
Peatlands. Proceeding of The International Symposium on Biodiversity,
Environmental Importance and Sustainability of Tropical Peat and Peatlands. Palangkaraya , Indonesia , 4-8 September 1995. Samara
Publishing Limited, Cardigan ,
UK , 113-134
Murdiyarso
et al. 2004. Petunjuk Lapangan Pendugaan Cadangan Karbon pada Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest and peatlands
in Indonesia .
Wetlands International-Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada . Bogor
Najiyati et
al. 2005. Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest and peatlands
in Indonesia .
Wetlands International-Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada . Bogor
0 comments:
Post a Comment