Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts Coolbthemes

Monday, March 5, 2012

KIMIA DAN FISIKA TANAH: Tanah Gambut


Pembentukan Tanah Gambut / Tanah Organosol

Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya penimbunan/ akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik di lantai hutan yang basah/ tergenang tersebut. Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin dan nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai batang, cabang dan akar besar (Murdiyarso et al, 2004).


Pembentukan gambut di beberapa daerah pantai Indonesia diperkirakan dimulai sejak zaman glasial akhir, sekitar 3.000 - 5.000 tahun yang lalu. Untuk gambut pedalaman bahkan lebih lama lagi, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu (Brady, 1997). Jika dilakukan drainase atau reklamasi, gambut berangsur-angsur akan kempes dan mengalami subsidence/ ambelas yaitu penurunan permukaan tanah. Kondisi ini disebabkan oleh proses pematangan gambut dan berkurangnya kandungan air. Lama dan kecepatan penurunan tersebut tergantung pada kedalaman gambut. Semakin tebal gambut, penurunan tersebut semakin cepat dan berlangsungnya semakin lama. Rata-rata kecepatan penurunan adalah 0,3-0,8 cm/bulan, dan terjadi setelah 3-7 tahun setelah drainase atau pengolahan tanah (Najiyati et al, 2005).

Tanah Organosol atau tanah histosol, yang lebih popular disebut tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organ­ik seperti sisa-sisa jaringan tumbuhan (dedaunan, ranting kayu, dan semak) yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Tanah gambut um­umnya selalu jenuh air atau terendam sepanjang ta­hun kecuali di drainase.

Sederhananya tanah gambut secara alami ter­dapat pada lapisan paling atas. Di bawahya ter­dapat lapisan tanah alluvial pada kedalaman yang bervariasi. Lahan dengan ketebalan tanah gambut kurang dari 50 cm disebut sebagai lahan atau ta­nah bergambut. Disebut sebagai lahan gambut apa­bila ketebalan gambut lebih dari 50 cm. Dengan demikian, lahan gambut adalah lahan rawa dengan ketebalan gambut lebih dari 50 cm.

Karakteristik Tanah Gambut

Perilaku tanah gambut yang berbeda dengan tanah lempung menjadikan tanah gambut mempunyai keunikan karakteristik tersendiri. Misalnya, dalam hal sifat fisik tanah gambut adalah tanah yang mempunyai kandungan organik tinggi, kadar air tinggi, angka pori besar, dan adanya serat yang mengakibatkan tanah gambut tidak mempunyai sifat plastis. Dari sifat mekaniknya tanah gambut mempunyai sifat kompresibilitas dan daya dukung yang rendah.

Sulitnya identifikasi fase pada tanah gambut ini diakibatkan oleh adanya serat yang membagi ruang pori menjadi makro dan mikro pori, yang mana keberadaan makro dan mikro pori ini menyulitkan pencapaian fase jenuh. Juga akibat adanya serat dan butiran halus yang terkandung dalam tanah gambut mengakibatkan perbedaan karakteristik mekaniknya.

Sifat fisik tanah gambut: selalu tergenang air, dekomposisi bahan organik lambat, konsistensi lepas, kepadatan masa rendah, bersifat seperti spon (menyerap dan menahan air dalam jumlah besar), drainase pada gambut akan diikuti oleh penyusutan massa, terjadi penurunan muka tanah, tanaman tumbuh miring dan tumbang, mudah terbakar.

Sifat kimia tanah gambut: bahan organik mentah sangat tinggi, asam humik dan fulfik tinggi, pH 3 – 3.5, kandungan N tinggi dan tersedia, C/N tinggi, KPK tinggi, status hara rendah kecuali N dan tidak seimbang, P, K, Mg, Cu, Zn, B dalam kondisi defisien.

***Referensi:
Brady, M.A. 1997. Effect of Vegetation Changes on Organic Matter Dynamics in Three Coastal Peat Deposits in Sumatra, Indonesia. In: J. O. Rieley & S. E. Page, Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands. Proceeding of The International Symposium on Biodiversity, Environmental Importance and Sustainability of Tropical Peat and Peatlands. Palangkaraya, Indonesia, 4-8 September 1995. Samara Publishing Limited, Cardigan, UK, 113-134
Murdiyarso et al. 2004. Petunjuk Lapangan Pendugaan Cadangan Karbon pada Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest and peatlands in Indonesia. Wetlands International-Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor
Najiyati et al. 2005. Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest and peatlands in Indonesia. Wetlands International-Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor


0 comments:

Post a Comment