Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts Coolbthemes

Monday, January 21, 2013

10 PRIORITY MENJADIKAN PTPN X SEBAGAI PTPN BERNILAI 10 (PERFECT)

Prospek Industri Gula Nasional: Peluang, Tantangan, dan Peran PTPN X (Persero)
Ditulis Oleh Yuan Harnawan Pamungkas

A.    PENDAHULUAN
Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok (sembako) kebutuhan pangan yang sangat penting bagi kebutuhan sehari-hari baik dalam rumah tangga maupun industri makanan dan minuman. Gula juga mengandung kalori yang sangat penting bagi kesehatan dan bahkan gula telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditi khusus (special products) dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bersama beras, jagung, dan kedelai. Namun, ternyata produksi gula yang dihasilkan oleh Indonesia sendiri tidak dapat memenuhi permintaan dalam negeri, sehingga pengimporan gula harus diadakan setiap tahunnya.
Dalam sejarah, produksi gula merupakan salah satu produksi perkebunan tertua dan terpenting yang ada di Indonesia. Indonesia pernah mengalami masa jaya tahun 1930-an dimana Pabrik Gula (PG) yang beroperasi 179 unit, produksi puncak sekitar 3 juta ton, dan ekspor 2,4 juta ton. Walaupun pada 2 tahun terakhir kinerja industri gula nasional menunjukkan peningkatan, pada dekade terakhir secara umum kinerjanya mengalami penurunan, baik dari sisi areal, produksi maupun tingkat efisiensi.
Akan tetapi tidak terbantahkan bahwa gula masih merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang (Balitbangtan, 2007). Investasi pada industri gula berbasis tebu cukup prospektif. Dari aspek pasar, permintaan gula dalam negeri masih terbuka sekitar 1,4 juta ton per tahun.
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X sebagai salah satu pelaku industri gula nasional dalam hal ini memiliki peluang, tantangan, dan peran penting yang dapat berdampak besar bagi perkembangan pergulaan nasional ke depan. Sejalan dengan hal tersebut, tulisan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran prospek/peluang investasi pada industri berbasis gula. Informasi ini diharapkan dapat menjadi acuan perusahaan dalam merumuskan kebijakan dan program investasi pada industri gula berbasis tebu. Dimana prioritas kebijakan sangat penting untuk dapat mencapai tujuan.

B.     PERKEMBANGAN DAN PROSPEK KOMODITAS GULA NASIONAL
Jauh pada periode tahun 2002/03, produksi gula dunia mencatatkan bahwa negara-negara produsen utama memberikan kontribusi signifikan terhadap kenaikan produksi gula dunia. Brazil produsen terbesar mengalami peningkatan 16,47 %. Negara-negara lain, secara umum produksinya meningkat lebih 5 %. Namun bagi Indonesia, kebijakan impor masih harus diambil sebesar 1,6 juta ton (USDA, 2003).
Saat ini, periode tahun 2012/2013 industri gula dinilai masih sangat prospektif. Alasannya domestic market di Indonesia tiap tahun mencapai 5,7 juta ton. Dimana 3,1 juta ton untuk kebutuhan konsumsi. Perlu diketahui, produksi gula nasional pada musim giling tahun 2012 sebesar 2,7 juta ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, produksi gula nasional tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 30 %. Sayangnya, angka itu masih dibawah kebutuhan konsumsi gula nasional, yaitu 3,1 juta ton.
Usaha budidaya tebu sendiri dapat dilakukan pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta pada lahan kering/tegalan. Daerah pengembangan tebu masih terfokus di Pulau Jawa yakni di Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Barat yang diusahakan di lahan sawah dan tegalan. Sedangkan pada lahan tegalan pengembangannya diarahkan ke Luar Jawa seperti di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Pemerintah juga menerapkan kebijakan proteksi sekaligus promosi.

C.    PELUANG DAN TANTANGAN PTPN X
Keberadaan BUMN gula dinilai turut berkontribusi positif terhadap peningkatan produksi nasional. Agar bisa memenuhi kebutuhan gula dalam negeri, ke depan BUMN gula termasuk PTPN X dituntut harus terus meningkatkan produksinya. Berikut analisis SWOT yang dapat dilihat prospek pengembangan industri gula berbasis tebu ini.
Strength (Kekuatan)
Weakness (Kelemahan)
1. Gula kebutuhan pangan penting
1. Kualitas tebu yang semakin menurun
2. Gula merupakan bahan pemanis utama
2. Menurunnya efisiensi pabrik gula
3. Gula merupakan sumber kalori
3. Aspek ketersediaan lahan yang terbatas
4. Industri gula menyerap tenaga kerja

5. Kepercayaan kemitraan cukup tinggi

Opportunity (Peluang)
Threat (Ancaman)
1. Kebutuhan dan produksi gula nasional
1. Adanya produk jenis gula alternatif
2. Pemanis untuk berbagai olahan
2. Iklim yang tidak terkontrol
3. Produk samping industri gula
3. Gula rafinasi asing
4. Dukungan pemerintah (Kemen BUMN)
4. Harga gula di pasaran
5. Swasembada gula nasional 2014


Peluang PTPN X dalam industri gula nasional
Peluang dalam industri gula sangat prospektif mengingat kebutuhan konsumsi gula masih belum terpenuhi. Dalam mendukung akselerasi gula nasional melalui kegiatan perluasan tanaman tebu dan pengembangan PG akan membantu pemenuhan kebutuhan gula nasional. Pengembangan tebu di berbagai daerah di Indonesia sangat dimungkinkan mengingat secara teknis cocok dan diminati petani, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial dapat membuka lapangan pekerjaan 1 (satu) PG sekitar 25.500 orang tenaga kerja, kemudian adanya potensi lahan pertanian, dan terciptanya Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) tebu di daerah.
Secara garis besar pada sentra-sentra tebu rakyat yang arealnya relatif stabil dan di luar jangkauan kapasitas PG yang ada atau mengalami kelebihan pasokan bahan baku dapat dikembangkan pengolahan tebu skala kecil yang menjadi pengolahan bagi PG atau industri pengguna langsung lainnya. Dalam hal ini juga perlu dijajaki kemungkinan pengembangan industri pemurnian gula cair sebagai produk potensial bagi pasar gula di sektor industri makanan dan minuman serta hotel dan restoran.
Pemerintah menargetkan swasembada gula nasional di tahun 2014 mendatang. Untuk mencapainya, maka 5,7 juta ton gula harus diproduksi per tahun. Swasembada gula yang dimaksud pemerintah adalah swasembada gula berbasis tebu. Maka, inilah yang menjadi peluang untuk terus dikembangkan agar produksi PG di Indonesia dapat memenuhi kebutuhan. Kementerian BUMN menyebutkan, produksi gula nasional masih di kisaran 2,6 juta ton per tahun. Dari jumlah itu 1,6 juta ton diantaranya merupakan produksi gula BUMN. Sedangkan kebutuhan gula nasional sudah mencapai 4,7 juta ton, bahkan tembus 5 juta ton setahun (Harian Surya, 2012). Ditambah peluang dari faktor dukungan pemerintah melalui Kementerian BUMN yang mulai digalakkan.

Tantangan PTPN X dalam industri gula nasional
Kemundurun produksi gula domestik terutama disebabkan oleh menurunnya produktivitas dan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman (tebu) hingga pabrik gula. Sehingga terjadi kualitas tebu yang semakin menurun. Belum lagi terkait keterbatasan lahan. Dimana investasi pembangunan industri gula berbasis tebu memerlukan areal penanaman tebu yang cukup luas. Menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri gula untuk dapat melakukan pengembangan areanya.
Ancaman juga datang dengan adanya produk jenis gula alternatif yang dianggap lebih rendah kalori. Dimana sekarang banyak orang yang mulai membatasi konsumsi gula untuk mencegah diabetes dan alasan kesehatan lainnya. Hal ini menjadi tantangan lebih bagi pelaku industri gula untuk meningkatkan kualitas gula berikut penjagaan terhadap aspek pemasaran hasil produksinya tersebut.
Iklim yang tidak terkontrol juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Untuk menyelamatkan tanaman dari kerusakan fatal akibat perubahan iklim yang ekstrim, perlu dilakukan sejumlah upaya yang dikonsultasikan dan direkomendasi oleh Bidang Penelitian. Selain itu adanya gula rafinasi asing disinyalir menjadi penyebab rendahnya konsumsi gula domestik. Kelebihan produksi gula rafinasi seringkali bocor ke pasar gula konsumsi sehingga mendistorsikan harga gula petani domestik. Izin impor kepada importir pabrik gula rafinasi berpotensi ancaman baru industri gula domestik.
Tantangan yang harus dijawab oleh pelaku industri gula termasuk PTPN X, yakni pada 2014 harus terpenuhinya kebutuhan gula nasional sebanyak 5.700.264 ton. Jumlah tersebut terdiri dari gula kristal putih (GKP) konsumsi 2.956.259 ton dan gula kristal rafinasi (GKR) industri 2.744.005 ton. Hitungan para analis pun dari 62 PG di seluruh Indonesia yang mencapai 205 ribu ton per hari (TCD). Dengan 170 hari giling dengan rendemen 9 % maka produksi dapat mencapai 3,1 juta ton gula per tahun.

D.    POIN KEBIJAKAN (PRIORITAS) YANG DAPAT DILAKUKAN
Setelah didapatkan informasi mengenai perkembangan dan prospek komoditas gula nasional, yang kemudian dianalisis peluang dan tantangan dalam industri gula nasional. Maka berikut direkomendasikan khususnya bagi PTPN X untuk menerapkan sepuluh poin priority yang dapat mendukung PTPN X menjadi BUMN gula bernilai 10 (perfect). Sebuah nilai yang layak atas usaha dan pencapaian yang dilakukan.
1.      Memperbaiki Budidaya
Akibat adanya perbedaan produksi hasil, banyak yang mempertanyakan korelasi antara perbedaan faktor pendukung. Apakah karena perbedaan luas tanah, kualitas tanah, jenis tebu yang ditanam, atau kualitas mananjemen budidayanya. Sehingga diperlukan misalnya dengan mengembangkan usaha pembibitan (kebun bibit datar, KBD) berkualitas yang dimaksudkan untuk memenuhi PTPN sendiri serta untuk tebu rakyat. Penerapan konsep best agricultutal practices haruslah dioptimalkan.
2.      Meningkatkan Pengadaan Lahan dan Kinerja Pengolahan Pabrik
Untuk mengejar swasembada gula 2014, pengadaan lahan dan restrukturisasi mesin menjadi faktor penting dalam menggenjot produksi gula nasional. Maka program seperti revitalisasi PG, pembangunan PG baru, dan pengembangan lahan harus secara konsisten dijalankan. Merevitasliasi PG mengacu produktivitas sekaligus efisiensi, dapat dilakukan tanpa menanamkan investasi dalam skala besar, misal dengan merawat dan mengoptimalkan permesinan yang ada (prinsip Low Cost High Impact).
3.      Menjaga Kepercayaan Petani Tebu
Petani tebu merupakan bagian penting dalam upaya meningkatkan produksi gula. Kepercayaan petani tebu harus dijaga dengan mengelola sistem penilaian rendemen secara transparan. Selain itu melalui pendekatan berbasis teknologi, etos kerja yang kuat dibarengi adanya reward and punishment. Kemudian dengan memperkuat kapasitas dan kesejahteraan petani. Pasalnya, sekitar 95 % pasokan tebu ke PG berasal dari petani.
Cara-cara jitu yang dilakukan PTPN X perlu ditingkatkan. Program seperti pelatihan Keterampilan Petani Tebu Madura sangat bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian khususnya di Madura. Kemudian program lainnya yaitu sosialisasi hukum untuk unit usaha, komunikasi dua arah dengan karyawan, dan bantuan permodalan. Kredit lunak sangat membantu petani dalam membudidayakan tebu.
4.      Menggunakan Teknologi Ramah Lingkungan
Penting artinya menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai (delivery value) dengan proses produksi yang ramah lingkungan. PTPN X melakukan langkah yang tepat dengan menginvestasikan sebesar Rp14,9 Milliar untuk pengolaan limbah di PG. Jika masalah limbah dapat ditangani, tentunya dapat menggenjot produksi gula untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.
5.      Mengembangkan Produk Hilir
Mengembangkan produk hilir, agrowisata, dan usaha lainnya untuk mendukung kinerja perusahaan. Terkait diversifikasi, PTPN X telah mengembangkan industri hilir tebu dengan mengerjakan proyek pengembangan bioethanol di PG Gempolkepro, Mojokerto. Perusahaan gula yang terintegrasi dengan pabrik bioethanol adalah upaya untuk membangun model industri gula modern yang menggarap semua potensi dari hulu hingga hilir. Pengembangan bioethanol merupakan bagian dari diversifikasi usaha dan upaya untuk mewujudkan industri berbasis tebu (sugarcane based industry).
PTPN X juga serius menggarap program co-generation di sejumlah PG. Ini dilakukan dengan mengolah ampas menjadi sumber energi listrik dan dapat dipasarkan secara komersial. Kemudian proses produksi pupuk organik bio kompos pun telah dilakukan dengan memanfaatkan bahan baku dari limbah PG yang berupa blotong dan abu ketel. Dekomposer “Bio N10” berhasik diproduksi oleh Puslit Gula Jengkol.
6.      Riset Pasar yang Efektif
Kemampuan mengakses informasi pasar, menganalisis informasi tersebut, serta dapat mengantisipasi berbagai perubahan/trend yang ada. Dengan kata lain, aktivitas pengembangan serta pemasaran komoditi perlu pengetahuan dan wawasan mengenai pasar, serta mampu melakukan analisis dengan berbagai pendekatan. Riset pasar yang efektif pada akhirnya dapat mendukung pengambilan keputusan penjualan.
7.      Perbaikan Manajemen Pabrik
Perbaikan manajemen pabrik gula harus dikedepankan untuk pemenuhan gula dalam negeri. Revolusi pabrik gula terus berjalan seiring dengan program revitalisasi yang dilakukan. Karena dalam revitalisasi perlu dibarengi dengan langkah dan strategi baru yang lebih kreatif dan inovatif. Seperti misalnya perencanaan matang dari sisi bahan baku, aspek lingkungan dan kesiapan SDM-nya. Serta dalam hal penguasaan teknologi dan pemasaran produknya, kemudian budaya kerja yang mendukung.
8.      Upaya Inovasi yang Terintegrasi
Upaya inovasi perlu dijalankan dengan baik oleh perusahaan secara internal, konsorsium dan penelitian berkelanjutan oleh lembaga penelitian, termasuk misalnya Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Dalam hal ini PTPN X dapat mengoptimalkan Puslit Gula Jengkol untuk melakukan penelitian dan kajian teknologi terapan peningkatan produksi gula meliputi aspek agronomi, pemuliaan dan proteksi tanaman, kesuburan tanah, pasca panen, efektifitas-efisiensi serta sosial ekonomi.
9.      Menciptakan Brand Mark yang Kuat
Kinerja BUMN pada bidang perkebunan, khususnya bidang gula dinilai sudah berjalan baik. Namun masih ada potensi yang dapat diperbaiki menjadi lebih baik. Maka dari itu, dinilai perlu adanya brand mark PTPN agar dapat berkompetisi dengan swasta. PTPN X yang dalam hal ini telah kuat pada produksi gulanya, dapat membuat sistem pengemasan (packaging) yang lebih menjual. Kemudian juga melakukan ekspansi pasar untuk produk bioethanol dan pupuk bio kompos yang telah dihasilkan.
10.  Memperkuat Jaringan Kemitraan
Diperlukan peningkatan kerja sama PTPN X melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan instansi seperti Pertamina, BNI, dan lainnya yang menyalurkan kredit bagi petani tebu rakyat karena sangat menguntungkan. Kemudian program PTPN X yang memberikan Loyalty Award, merupakan wujud apresiasi kepada pelanggan juga patut untuk ditingkatkan. Peran para pelanggan bagi PTPN X sangatlah penting. PTPN X harus mulai berorientasi pada pendekatan ke konsumen. Lalu adanya integrasi penelitian seperti misalnya Perjanjian Riset Bersama dengan lembaga lain.



E.     PERAN PTPN X SEBAGAI KONTRIBUTOR GULA TERBESAR
Membicarakan peran PTPN X dalam industri gula nasional, tidak terlepas dari kontribusinya terhadap produksi gula nasional. Kinerja positif ditunjukkan pada 2012, dimana PTPN X membukukan produksi gula sebanyak 494.443 ton. Jumlah tersebut meningkat 10 % dibanding 2011. Peningkatan itu juga diiringi jumlah tebu yang digiling dan tingkat rendemen. Kemudian, produktivitas lahan petani di lingkungan PTPN X juga yang terbesar di antara BUMN lainnya, yaitu 84,2 ton per ha.
Kinerja positf yang ditunjukkan oleh PTPN X maka tidak salah apabila menyebut perusahaan gula pelat merah ini berperan penting untuk dapat mempertahankan posisi sebagai market leader di dunia pergulaan nasional. Ibarat kata, jalan yang dilalui oleh PTPN X sudah pada jalan yang benar. Tinggal bagaimana mengambil perannya untuk “Tetap Jadi Leader BUMN Gula”. Meneruskan langkah yang sesuai dengan Visi PTPN X yaitu “Menjadi perusahaan agribisnis berbasis perkebunan yang terkemuka di Indonesia, yang tumbuh dan berkembang bersama mitra”.
PTPN X yang didukung oleh 11 PG yang tersebar di wilayah Jawa Timur, dalam kinerjanya dituntut untuk terus meningkatkan produksi beserta perbaikan dari sisi on-farm dan off-farm. Menyongsong tahun 2013 sebagai golden era seperti yang telah didengungkan oleh pihak perusahaan. Berbagai upaya pun harus gencar dilakukan untuk mempertahankan PTPN X sebagai BUMN perkebunan gula terkemuka di Indonesia.
Untuk dapat terus eksis di masa depan, PTPN X harus bertransformasi menjadi industri berbasis tebu yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Mengoptimalkan manajemen termasuk investasi di PG yang sesuai dengan kebutuhan. Melakukan ekspansi bisnis termasuk perluasan areal, serta memperkuat 'garapan' di sektor non-gula. Seperti listrik dari ampas, bioetanol, pupuk organik dan juga rencana masuk ke pasar modal untuk menjadikan perusahaan semakin transparan, kredibel dan akuntabel.
PTPN X tercatat memberikan kontribusi sekitar 25 % terhadap produksi gula nasional. Dan pada akhirnya peran PTPN X sebagai market leader akan berdampak pada bisnis PTPN X yang terus berkembang dengan berbasis pada tiga pilar (triple bottom line), yaitu profit (kinerja finansial), planet (pelestarian lingkungan), dan people (pemberdayaan masyarakat). Sehingga PTPN X sebagai BUMN dinilai tidak hanya memikirkan keuntungan saja, tapi juga harus berperan aktif dalam peningkatan kualitas lingkungan dan kapasitas sumber daya manusia di masyarakat.

F.    KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini antara lain:
  1. Industri gula berbasis tebu masih sangat berkembang dan prospektif, dimana domestic market di Indonesia tiap tahun selalu meningkat.
  2. Peluang dalam industri gula sangat terbuka seiring akselerasi gula nasional terutama target swasembada gula nasional di tahun 2014 mendatang.
  3. Tantangan industri gula utamanya meningkatkan kualitas gula di tengah ancaman produk lain, iklim ekstrim, gula impor, harga gula, dan target swasembada 2014.
  4. Prioritas dapat dilakukan antara lain memperbaiki budidaya, pengadaan lahan dan kinerja pabrik, kepercayaan petani, teknologi ramah lingkungan, produk hilir, riset pasar, manajemen pabrik, inovasi terintegrasi, brand mark, dan kemitraan.
  5. PTPN X sebagai market leader berperan penting terhadap produksi gula nasional, peningkatan kualitas lingkungan dan kapasitas SDM di masyarakat.
REFERENSI
Anonim. 2004. About Stevia Sugar. http://www.greengold.com/. Diakses 1 Januari 2013
Balitbangtan. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu. Edisi Ke Dua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 2007
Harian Surya. 2012. http://surabaya.tribunnews.com/
Okezone. 2012. http://www.okezone.com/
PTPN X. 2012. http://www.ptpn10.com/
Sawit, Husein, Erwidodo, Tonny K., Hermanto S., 2003. Penyelematan dan Penyehatan Industri Gula Nasional : Suatu Kajian Akademisi. Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian. Jakarta
Susila, Wayan. Perkembangan dan Prospek Komoditas Gula. http://www.ipard.com/. Diakses 11 Januari 2013
USDA. 2003. http://www.usda.gov/

1 comments:

Anonymous said...

Perfecto... BUMN layak di support gan..!!

Post a Comment