Prospek Industri Gula Nasional: Peluang, Tantangan, dan Peran PTPN X (Persero)
A.
PENDAHULUAN
Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok (sembako)
kebutuhan pangan yang sangat penting bagi kebutuhan sehari-hari baik dalam
rumah tangga maupun industri makanan dan minuman. Gula juga mengandung kalori
yang sangat penting bagi kesehatan dan bahkan gula telah ditetapkan Indonesia
sebagai komoditi khusus (special products)
dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bersama beras,
jagung, dan kedelai. Namun, ternyata produksi gula yang dihasilkan oleh Indonesia
sendiri tidak dapat memenuhi permintaan dalam negeri, sehingga pengimporan gula
harus diadakan setiap tahunnya.
Dalam sejarah, produksi gula merupakan salah satu produksi
perkebunan tertua dan terpenting yang ada di Indonesia. Indonesia
pernah mengalami masa jaya tahun 1930-an dimana Pabrik Gula (PG) yang
beroperasi 179 unit, produksi puncak sekitar 3 juta ton, dan ekspor 2,4 juta
ton. Walaupun pada 2 tahun terakhir kinerja industri gula nasional menunjukkan
peningkatan, pada dekade terakhir secara umum kinerjanya mengalami penurunan,
baik dari sisi areal, produksi maupun tingkat efisiensi.
Akan tetapi tidak terbantahkan bahwa gula masih merupakan
komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal
sekitar 350 ribu ha, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang
terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang (Balitbangtan, 2007). Investasi pada
industri gula berbasis tebu cukup prospektif. Dari aspek pasar, permintaan gula
dalam negeri masih terbuka sekitar 1,4 juta ton per tahun.
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X sebagai salah satu pelaku
industri gula nasional dalam hal ini memiliki peluang, tantangan, dan peran
penting yang dapat berdampak besar bagi perkembangan pergulaan nasional ke
depan. Sejalan dengan hal tersebut, tulisan ini dimaksudkan untuk memberi
gambaran prospek/peluang investasi pada industri berbasis gula. Informasi ini diharapkan
dapat menjadi acuan perusahaan dalam merumuskan kebijakan dan program investasi
pada industri gula berbasis tebu. Dimana prioritas kebijakan sangat penting
untuk dapat mencapai tujuan.
B.
PERKEMBANGAN
DAN PROSPEK KOMODITAS GULA NASIONAL
Jauh pada periode tahun 2002/03, produksi gula dunia mencatatkan bahwa negara-negara
produsen utama memberikan kontribusi signifikan terhadap kenaikan produksi gula
dunia. Brazil
produsen terbesar mengalami peningkatan 16,47 %. Negara-negara lain, secara
umum produksinya meningkat lebih 5 %. Namun bagi Indonesia, kebijakan impor masih
harus diambil sebesar 1,6 juta ton (USDA, 2003).
Saat ini, periode tahun 2012/2013
industri gula dinilai masih sangat prospektif. Alasannya domestic
market di Indonesia tiap tahun mencapai 5,7
juta ton. Dimana 3,1 juta ton untuk kebutuhan konsumsi. Perlu diketahui,
produksi gula nasional pada musim giling tahun 2012 sebesar 2,7 juta ton. Bila
dibandingkan dengan tahun 2011, produksi gula nasional tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 30 %. Sayangnya, angka itu masih dibawah kebutuhan konsumsi
gula nasional, yaitu 3,1 juta ton.
Usaha budidaya tebu sendiri dapat
dilakukan pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta pada lahan
kering/tegalan. Daerah pengembangan tebu masih terfokus di Pulau Jawa yakni di Jawa
Timur, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Barat yang diusahakan di lahan sawah dan
tegalan. Sedangkan pada lahan tegalan pengembangannya diarahkan ke Luar Jawa
seperti di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan
Gorontalo. Pemerintah juga menerapkan kebijakan proteksi sekaligus
promosi.
C.
PELUANG
DAN TANTANGAN PTPN X
Keberadaan BUMN gula dinilai turut berkontribusi positif terhadap
peningkatan produksi nasional. Agar bisa
memenuhi kebutuhan gula dalam negeri, ke depan BUMN gula termasuk PTPN X
dituntut harus terus meningkatkan produksinya. Berikut analisis SWOT yang
dapat dilihat prospek pengembangan industri gula berbasis tebu ini.
Strength
(Kekuatan)
|
Weakness
(Kelemahan)
|
1.
Gula kebutuhan pangan penting
|
1.
Kualitas tebu yang semakin menurun
|
2.
Gula merupakan bahan pemanis utama
|
2.
Menurunnya efisiensi pabrik gula
|
3.
Gula merupakan sumber kalori
|
3.
Aspek ketersediaan lahan yang terbatas
|
4.
Industri gula menyerap tenaga kerja
|
|
5.
Kepercayaan kemitraan cukup tinggi
|
|
Opportunity (Peluang)
|
Threat
(Ancaman)
|
1.
Kebutuhan dan produksi gula nasional
|
1.
Adanya produk jenis gula alternatif
|
2.
Pemanis untuk berbagai olahan
|
2.
Iklim yang tidak terkontrol
|
3.
Produk samping industri gula
|
3.
Gula rafinasi asing
|
4.
Dukungan pemerintah (Kemen BUMN)
|
4.
Harga gula di pasaran
|
5.
Swasembada gula nasional 2014
|
Peluang PTPN X
dalam industri gula nasional
Peluang dalam industri gula sangat prospektif mengingat
kebutuhan konsumsi gula masih belum terpenuhi. Dalam mendukung akselerasi gula
nasional melalui kegiatan perluasan tanaman tebu dan pengembangan PG akan
membantu pemenuhan kebutuhan gula nasional. Pengembangan tebu di berbagai
daerah di Indonesia sangat dimungkinkan mengingat secara teknis cocok dan
diminati petani, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial dapat membuka
lapangan pekerjaan 1 (satu) PG sekitar 25.500 orang tenaga kerja, kemudian
adanya potensi lahan pertanian, dan terciptanya Kawasan Industri Masyarakat
Perkebunan (KIMBUN) tebu di daerah.
Secara garis besar pada sentra-sentra tebu rakyat yang
arealnya relatif stabil dan di luar jangkauan kapasitas PG yang ada atau
mengalami kelebihan pasokan bahan baku
dapat dikembangkan pengolahan tebu skala kecil yang menjadi pengolahan bagi PG
atau industri pengguna langsung lainnya. Dalam hal ini juga perlu dijajaki
kemungkinan pengembangan industri pemurnian gula cair sebagai produk potensial
bagi pasar gula di sektor industri makanan dan minuman serta hotel dan
restoran.
Pemerintah menargetkan swasembada gula nasional di tahun 2014
mendatang. Untuk mencapainya, maka 5,7 juta ton gula harus diproduksi per
tahun. Swasembada gula yang dimaksud pemerintah adalah swasembada gula berbasis
tebu. Maka, inilah yang menjadi peluang untuk terus dikembangkan agar produksi PG
di Indonesia dapat memenuhi kebutuhan. Kementerian BUMN menyebutkan, produksi
gula nasional masih di kisaran 2,6 juta ton per tahun. Dari jumlah itu 1,6 juta
ton diantaranya merupakan produksi gula BUMN. Sedangkan kebutuhan gula nasional
sudah mencapai 4,7 juta ton, bahkan tembus 5 juta ton setahun (Harian Surya,
2012). Ditambah peluang dari faktor dukungan pemerintah melalui Kementerian
BUMN yang mulai digalakkan.
Tantangan PTPN X
dalam industri gula nasional
Kemundurun produksi gula domestik terutama disebabkan oleh
menurunnya produktivitas dan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai
dari pertanaman (tebu) hingga pabrik gula. Sehingga terjadi kualitas tebu yang
semakin menurun. Belum lagi terkait keterbatasan lahan. Dimana investasi pembangunan
industri gula berbasis tebu memerlukan areal penanaman tebu yang cukup luas.
Menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri gula untuk dapat melakukan
pengembangan areanya.
Ancaman juga datang dengan adanya produk jenis gula alternatif
yang dianggap lebih rendah kalori. Dimana sekarang banyak orang yang mulai
membatasi konsumsi gula untuk mencegah diabetes dan alasan kesehatan lainnya.
Hal ini menjadi tantangan lebih bagi pelaku industri gula untuk meningkatkan
kualitas gula berikut penjagaan terhadap aspek pemasaran hasil produksinya
tersebut.
Iklim yang tidak terkontrol juga merupakan hal yang perlu
diperhatikan. Untuk menyelamatkan tanaman dari kerusakan fatal akibat perubahan
iklim yang ekstrim, perlu dilakukan sejumlah upaya yang dikonsultasikan dan
direkomendasi oleh Bidang Penelitian. Selain itu adanya gula rafinasi asing
disinyalir menjadi penyebab rendahnya konsumsi gula domestik. Kelebihan
produksi gula rafinasi seringkali bocor ke pasar gula konsumsi sehingga
mendistorsikan harga gula petani domestik. Izin impor kepada importir pabrik
gula rafinasi berpotensi ancaman baru industri gula domestik.
Tantangan yang harus dijawab oleh
pelaku industri gula termasuk PTPN X, yakni pada 2014 harus terpenuhinya
kebutuhan gula nasional sebanyak 5.700.264 ton. Jumlah tersebut terdiri
dari gula kristal putih (GKP) konsumsi 2.956.259 ton dan gula kristal
rafinasi (GKR) industri 2.744.005 ton. Hitungan para analis pun dari 62 PG di
seluruh Indonesia
yang mencapai 205 ribu ton per hari (TCD). Dengan 170 hari giling dengan
rendemen 9 % maka produksi dapat mencapai 3,1 juta ton gula per tahun.
D.
POIN
KEBIJAKAN (PRIORITAS) YANG DAPAT DILAKUKAN
Setelah didapatkan informasi
mengenai perkembangan dan prospek komoditas gula nasional, yang kemudian
dianalisis peluang dan tantangan dalam industri gula nasional. Maka berikut
direkomendasikan khususnya bagi PTPN X untuk menerapkan sepuluh poin priority yang dapat mendukung PTPN X menjadi
BUMN gula bernilai 10 (perfect).
Sebuah nilai yang layak atas usaha dan pencapaian yang dilakukan.
1. Memperbaiki
Budidaya
Akibat adanya perbedaan produksi
hasil, banyak yang mempertanyakan korelasi antara perbedaan faktor pendukung.
Apakah karena perbedaan luas tanah, kualitas tanah, jenis tebu yang ditanam,
atau kualitas mananjemen budidayanya. Sehingga diperlukan misalnya dengan
mengembangkan usaha pembibitan (kebun bibit datar, KBD) berkualitas yang
dimaksudkan untuk memenuhi PTPN sendiri serta untuk tebu rakyat. Penerapan
konsep best agricultutal practices haruslah dioptimalkan.
2. Meningkatkan
Pengadaan Lahan dan Kinerja Pengolahan Pabrik
Untuk mengejar swasembada gula 2014, pengadaan lahan dan
restrukturisasi mesin menjadi faktor penting dalam menggenjot produksi gula nasional.
Maka program seperti revitalisasi PG, pembangunan PG baru, dan pengembangan
lahan harus secara konsisten dijalankan. Merevitasliasi PG mengacu produktivitas
sekaligus efisiensi, dapat dilakukan tanpa menanamkan investasi dalam skala
besar, misal dengan merawat dan mengoptimalkan permesinan yang ada (prinsip Low Cost High Impact).
3. Menjaga
Kepercayaan Petani Tebu
Petani tebu merupakan bagian
penting dalam upaya meningkatkan produksi gula. Kepercayaan petani tebu harus dijaga dengan
mengelola sistem penilaian rendemen secara transparan. Selain itu melalui pendekatan
berbasis teknologi, etos kerja yang kuat dibarengi adanya reward
and punishment. Kemudian dengan memperkuat
kapasitas dan kesejahteraan petani. Pasalnya, sekitar 95 % pasokan tebu ke PG
berasal dari petani.
Cara-cara jitu yang dilakukan PTPN
X perlu ditingkatkan. Program seperti pelatihan Keterampilan Petani Tebu Madura
sangat bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian khususnya di
Madura. Kemudian program lainnya yaitu sosialisasi hukum untuk unit usaha,
komunikasi dua arah dengan karyawan, dan bantuan permodalan. Kredit lunak
sangat membantu petani dalam membudidayakan tebu.
4. Menggunakan
Teknologi Ramah Lingkungan
Penting artinya menggunakan teknologi yang menghasilkan
produk bernilai (delivery value)
dengan proses produksi yang ramah lingkungan. PTPN X melakukan langkah yang tepat dengan menginvestasikan
sebesar Rp14,9 Milliar untuk pengolaan limbah di PG. Jika masalah limbah dapat
ditangani, tentunya dapat menggenjot produksi gula untuk mencukupi kebutuhan
masyarakat.
5. Mengembangkan
Produk Hilir
Mengembangkan produk hilir, agrowisata, dan usaha lainnya
untuk mendukung kinerja perusahaan. Terkait
diversifikasi, PTPN X telah mengembangkan industri hilir tebu dengan
mengerjakan proyek pengembangan bioethanol di PG Gempolkepro, Mojokerto. Perusahaan
gula yang terintegrasi dengan pabrik bioethanol adalah upaya untuk membangun
model industri gula modern yang menggarap semua potensi dari hulu hingga hilir.
Pengembangan bioethanol merupakan bagian dari diversifikasi usaha
dan upaya untuk mewujudkan industri berbasis tebu (sugarcane based industry).
PTPN X juga serius menggarap
program co-generation di sejumlah PG.
Ini dilakukan dengan mengolah ampas menjadi sumber energi listrik dan dapat dipasarkan
secara komersial. Kemudian proses produksi pupuk organik bio kompos pun telah
dilakukan dengan memanfaatkan bahan baku
dari limbah PG yang berupa blotong dan abu ketel. Dekomposer “Bio N10” berhasik
diproduksi oleh Puslit Gula Jengkol.
6. Riset Pasar yang
Efektif
Kemampuan mengakses informasi pasar, menganalisis informasi
tersebut, serta dapat mengantisipasi berbagai perubahan/trend yang ada.
Dengan kata lain, aktivitas pengembangan serta pemasaran komoditi perlu
pengetahuan dan wawasan mengenai pasar, serta mampu melakukan analisis dengan
berbagai pendekatan. Riset pasar yang efektif pada akhirnya dapat mendukung pengambilan
keputusan penjualan.
7. Perbaikan
Manajemen Pabrik
Perbaikan manajemen pabrik gula harus dikedepankan untuk
pemenuhan gula dalam negeri. Revolusi pabrik gula terus berjalan seiring dengan
program revitalisasi yang dilakukan. Karena dalam revitalisasi perlu dibarengi
dengan langkah dan strategi baru yang lebih kreatif dan inovatif. Seperti
misalnya perencanaan matang dari sisi bahan baku, aspek lingkungan dan kesiapan SDM-nya.
Serta dalam hal penguasaan teknologi dan pemasaran produknya, kemudian budaya
kerja yang mendukung.
8. Upaya Inovasi
yang Terintegrasi
Upaya inovasi perlu dijalankan dengan baik oleh perusahaan
secara internal, konsorsium dan penelitian berkelanjutan oleh lembaga
penelitian, termasuk misalnya Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia
(P3GI). Dalam hal ini PTPN X dapat mengoptimalkan Puslit
Gula Jengkol untuk melakukan
penelitian dan kajian teknologi terapan peningkatan produksi gula meliputi
aspek agronomi, pemuliaan dan proteksi tanaman, kesuburan tanah, pasca panen,
efektifitas-efisiensi serta sosial ekonomi.
9. Menciptakan Brand Mark yang Kuat
Kinerja BUMN pada bidang
perkebunan, khususnya bidang gula dinilai sudah berjalan baik. Namun masih ada
potensi yang dapat diperbaiki menjadi lebih baik. Maka dari itu, dinilai perlu
adanya brand mark PTPN agar dapat
berkompetisi dengan swasta. PTPN X yang dalam hal ini telah kuat pada produksi
gulanya, dapat membuat sistem pengemasan (packaging)
yang lebih menjual. Kemudian juga melakukan ekspansi pasar untuk produk
bioethanol dan pupuk bio kompos yang telah dihasilkan.
10. Memperkuat Jaringan
Kemitraan
Diperlukan peningkatan kerja sama
PTPN X melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan instansi
seperti Pertamina, BNI, dan lainnya yang menyalurkan kredit bagi petani tebu
rakyat karena sangat menguntungkan. Kemudian program PTPN X yang memberikan
Loyalty Award, merupakan wujud apresiasi kepada pelanggan juga patut untuk
ditingkatkan. Peran para pelanggan bagi PTPN X sangatlah penting. PTPN X harus
mulai berorientasi pada pendekatan ke konsumen. Lalu adanya integrasi
penelitian seperti misalnya Perjanjian Riset Bersama dengan lembaga lain.
E.
PERAN
PTPN X SEBAGAI KONTRIBUTOR GULA TERBESAR
Membicarakan peran
PTPN X dalam industri gula nasional, tidak terlepas dari kontribusinya terhadap
produksi gula nasional. Kinerja positif
ditunjukkan pada 2012, dimana PTPN X membukukan produksi gula sebanyak 494.443 ton.
Jumlah tersebut meningkat 10 % dibanding 2011. Peningkatan itu juga diiringi
jumlah tebu yang digiling dan tingkat rendemen. Kemudian, produktivitas lahan
petani di lingkungan PTPN X juga yang terbesar di antara BUMN lainnya, yaitu 84,2
ton per ha.
Kinerja positf yang ditunjukkan
oleh PTPN X maka tidak salah apabila menyebut perusahaan gula pelat merah ini berperan
penting untuk dapat mempertahankan posisi sebagai market leader di dunia pergulaan nasional. Ibarat kata, jalan yang
dilalui oleh PTPN X sudah pada jalan yang benar. Tinggal bagaimana mengambil
perannya untuk “Tetap Jadi Leader BUMN Gula”. Meneruskan langkah yang sesuai dengan Visi PTPN X yaitu “Menjadi perusahaan agribisnis berbasis perkebunan yang
terkemuka di Indonesia,
yang tumbuh dan berkembang bersama mitra”.
PTPN X yang didukung oleh 11 PG yang tersebar di wilayah Jawa Timur,
dalam kinerjanya dituntut untuk terus meningkatkan produksi beserta perbaikan
dari sisi on-farm dan off-farm. Menyongsong tahun 2013 sebagai golden
era seperti yang telah
didengungkan oleh pihak perusahaan. Berbagai upaya
pun harus gencar dilakukan untuk mempertahankan PTPN X sebagai BUMN
perkebunan gula terkemuka di Indonesia.
Untuk dapat terus eksis di masa
depan, PTPN X harus bertransformasi menjadi industri berbasis tebu yang
terintegrasi dari hulu ke hilir. Mengoptimalkan manajemen termasuk investasi di
PG yang sesuai dengan kebutuhan. Melakukan ekspansi bisnis termasuk perluasan areal, serta memperkuat 'garapan' di
sektor non-gula. Seperti listrik dari ampas, bioetanol, pupuk organik dan juga
rencana masuk ke pasar modal untuk menjadikan perusahaan semakin transparan,
kredibel dan akuntabel.
PTPN X tercatat memberikan
kontribusi sekitar 25 % terhadap produksi gula nasional. Dan pada akhirnya
peran PTPN X sebagai market leader akan berdampak pada bisnis PTPN X yang
terus berkembang dengan berbasis pada tiga pilar (triple bottom line), yaitu profit (kinerja finansial), planet (pelestarian lingkungan), dan people (pemberdayaan masyarakat). Sehingga PTPN X sebagai BUMN dinilai
tidak hanya memikirkan keuntungan saja, tapi juga harus berperan aktif dalam
peningkatan kualitas lingkungan dan kapasitas sumber daya manusia di
masyarakat.
F.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini antara lain:
- Industri gula berbasis tebu masih sangat berkembang dan prospektif, dimana domestic market di Indonesia tiap tahun selalu meningkat.
- Peluang dalam industri gula sangat terbuka seiring akselerasi gula nasional terutama target swasembada gula nasional di tahun 2014 mendatang.
- Tantangan industri gula utamanya meningkatkan kualitas gula di tengah ancaman produk lain, iklim ekstrim, gula impor, harga gula, dan target swasembada 2014.
- Prioritas dapat dilakukan antara lain memperbaiki budidaya, pengadaan lahan dan kinerja pabrik, kepercayaan petani, teknologi ramah lingkungan, produk hilir, riset pasar, manajemen pabrik, inovasi terintegrasi, brand mark, dan kemitraan.
- PTPN X sebagai market leader berperan penting terhadap produksi gula nasional, peningkatan kualitas lingkungan dan kapasitas SDM di masyarakat.
REFERENSI
Anonim. 2004.
About Stevia Sugar. http://www.greengold.com/. Diakses 1 Januari 2013
Balitbangtan.
2007. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Tebu. Edisi Ke Dua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. 2007
Harian Surya. 2012.
http://surabaya.tribunnews.com/
Okezone. 2012.
http://www.okezone.com/
PTPN X. 2012. http://www.ptpn10.com/
Sawit, Husein,
Erwidodo, Tonny K., Hermanto S., 2003. Penyelematan
dan Penyehatan Industri Gula Nasional : Suatu Kajian Akademisi. Badan Bimas
Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian. Jakarta
Susila, Wayan.
Perkembangan dan Prospek Komoditas Gula. http://www.ipard.com/. Diakses 11 Januari
2013
USDA. 2003. http://www.usda.gov/
1 comments:
Perfecto... BUMN layak di support gan..!!
Post a Comment