Peran Pabrik Gula dalam Meningkatkan Ekonomi Daerah
A.
PENDAHULUAN
Pengembangan industri gula berbasis tebu beberapa tahun terakhir
ini terus mengalami peningkatan. Baik dari segi nilai investasinya maupun hasil
produksinya, terutama pada periode dua tahun terakhir. Oleh sebagian kalangan,
hal ini dinilai sebagai tren positif yang harus ditingkatkan agar produksi gula
nasional dapat memenuhi ambisi Swasembada Gula pada tahun 2014 mendatang.
Sebuah capaian yang tentu menjadi tugas berat bersama antara pihak pemerintah,
pelaku industri gula, masyarakat, lembaga investor, lembaga penelitian, dan
penggerak perekonomian lainnya.
Salah satu pelaku utama dalam pengembangan industri gula
nasional adalah BUMN Perkebunan, melalui sektor bisnis tanaman semusim yaitu
tanaman tebu sangat diharapkan dapat mendongkrak perekonomian nasional maupun
daerah. Seperti yang kita tahu bahwa perusahaan-perusahaan gula ini pada medio
teranyar sedang giat melaksanakan program-program yang bertujuan meningkatkan
produksi dan keuntungan. Misalnya dengan melakukan pengadaan lahan dan
revitalisasi pabrik gula (PG) yang dimiliki.
Keberadaan PG itu sendiri tidak terlepas dari aspek daerah
yang ditempati. Berbagai peran strategis pun merupakan ciri mendasar yang
menjiwai sebuah PG dalam usahanya. Khususya yang terkait sektor perekonomian.
Selain berperan dalam ekonomi berbasis industri, PG juga memegang peranan
penting dalam pergerakan ekonomi kreatif, ekonomi kerakyatan, ekonomi berbasis
wisata, dan bahkan ekonomi berbasis lingkungan.
PG kini dapat disebut sebagai salah satu pusat pergerakan
ekonomi rakyat. Hal ini tentu perlu disadari lebih oleh perusahaan, karena ada
tuntutan bagi unit usaha perkebunan untuk turut berperan dalam meningkatkan
ekonomi daerah. Sejalan dengan pernyataan tersbut, tulisan ini dimaksudkan
memberikan gambaran tentang pengembangan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan
(KIMBUN) tebu di daerah. Sebuah bentuk nilai tambah dan multiflier effect terhadap berkembangnya sektor lain, terutama ekonomi
daerah.
B.
PERAN
PG DALAM PEREKONOMIAN DAERAH
BUMN Perkebunan memiliki tanggung jawab penting untuk dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sesuai sumberdaya yang
tersedia. Telah digariskan dalam Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) nomor: KEP. 236/MBU/2003 dan Peraturan Menteri BUMN No.
PER-05/MBU/2007 bahwa perusahaan berstatus BUMN mengemban tugas khusus dari
Pemerintah untuk melakukan pembinaan Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi (UKMK)
dan bina lingkungan melalui pembentukan bagian Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL), dan peran BUMN juga termasuk melaksanakan program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah ditetapkan di dalam Pasal
74 UU Perseroan Terbatas Nomor: 40 Tahun 2007.
Rangkaian program pembinaan UKMK, Bina Lingkungan, dan CSR
akan sangat efektif dan tepat sasaran jika implementasi program di lapangan
terdapat kesamaan persepsi di antara BUMN Pembina sehingga program kepedulian
sosial ini bermanfaat bagi peningkatan citra perusahaan, dan mampu
meminimalisir kerawanan sosial di unit-unit usaha. Dimana PG dalam hal ini
mempunyai peran strategis dalam aspek penyediaan tenaga kerja, pergerakan jual
beli, perbaikan sarana transportasi, sosial, tata wilayah, pemanfaatan lahan
fungsional, dan kesejahteraan masyarakat petani tebu rakyat.
Pengembangan komoditas unggulan tebu yang didasarkan pada
pendekatan wilayah (kawasan) diharapkan dapat menjamin kesinambungan produksi
melalui pemanfaatan keunggulan komperatif daerah sebagai basis pengembangan dan
dapat menumbuhkan sentra komoditas spesifik wilayah yang mendorong keterkaitan
antara wilayah secara dinamis serta membangkitkan interaksi sektor produksi dan
pasar yang dinamis.
Setiap daerah tentu memiliki
potensi yang bisa dikembangkan untuk kemajuan daerah tersebut. BUMN
Perkebunan mempunyai andil yang besar untuk menggali
dan mengembangkan potensi daerah. Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan
alam dan masyarakat sekitar, setiap BUMN diwajibkan menjalankan PKBL. Agar
pengucuran dana PKBL tersebut tepat sasaran, maka perlu dilakukan pendekatan
dengan aparatur daerah serta tokoh-tokoh masyakarat daerah setempat untuk
menggali potensi yang tersimpan di daerah tersebut. Dengan kucuran dana serta
peningkatan skill masyakaratnya
maka pertumbuhan perekonomian di daerah setempat bisa dipercepat.
C.
MODEL
KAWASAN INDUSTRI MASYARAKAT PERKEBUNAN (KIMBUN)
PKBL saat ini memang dapat
dikatakan memiliki peran utama dalam membangun ekonomi kerakyatan melalui
pembinaan dan kemitraan dengan para pengusaha kecil, menengah, dan koperasi,
dan juga melaksanakan program-program bina lingkungan yang berdampak positif
terhadap kondusivitas sosial dan lingkungan sekitar. Namun untuk lebih
terarahnya peran PG dalam meningkatkan perekonomian daerah, maka perlu
ditekankan lagi model pengembangan kawasan agribisnis terpadu yang dipetakan
secara terintegrasi satu sama lain. Berikut pemaparan singkat yang sesuai
penerapannya di lapangan.
1.
Pengembangan
Kebun Plasma
Sebagai konsekuensi penugasan dari pemerintah kepada BUMN
Perkebunan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sesuai
sumberdaya yang tersedia, maka pembangunan Kebun Plasma merupakan tugas mulia
yang mengandung konsekuensi finansial dan sosial yang tidak ringan. Keberhasilan
pengembangan industri gula dapat dilihat dari semakin baiknya kinerja PG dan
semakin sejahteranya para petani tebu. PG dan petani tebu merupakan pihak yang
berkaitan dan berkepentingan langsung terhadap maju dan berkembangnya industri
gula.
2.
Program
Membangun Desa
Beberapa kegiatan PKBL dilakukan di
daerah wilayah kerja PG termasuk kegiatan membangun desa. Contoh yang patut
mendapatkan apresiasi adalah yang telah dilakukan PTPN X yang membangun Desa
Banyaan Kediri. Di daerah tersebut geliat pertumbuhan ekonomi tampak ketika
kebutuhan akan air bersih terpenuhi, sehingga masyarakat mulai mengembangkan
ternak sapi, kambing dan ayam. Ada
banyak cara lain yang dapat diambil oleh BUMN lain, misalnya dengan perbaikan
infrastruktur jalan, pendampingan lembaga kemasyarakatan, pelatihan, kegiatan
bersama, serta bantuan permodalan.
3.
Bisnis
Kepariwisataan
Salah satu peranan ekonomi yang
menjanjikan adalah dengan pengembangan bentuk industri yang berbasis wisata.
Sektor yang selalu digandrungi oleh masyarakat luas, serta memberikan
keuntungan lebih bagi penduduk sekitar. Dalam hal ini PG yang memiliki kawasan
agribisnis, berpeluang untuk menciptakan agrowisata bernuansa khas yang dapat
dipadukan dengan kuatnya sisi sejarah yang ada serta potensi masyarakat.
Untuk itu pelatihan bisnis
pariwisata bagi masyarakat sangatlah diperlukan. Materi-materi kepariwisataan
antara lain berupa ticketing, guiding hingga tour planning. Sehingga pengemasan wisata nantinya dapat berjalan sesuai
harapan. Kabar yang menyebutkan bahwa PG Toelangan Sidoarjo akan dijadikan
sebagai salah satu wisata sejarah bagi PTPN X layak disambut baik. Selain
memiliki pesona wisata sejarah, PG tersebut ditunjang wisata lain yang sudah
terbentuk dan lokasinya tidak jauh dari PG Toelangan, antara lain Batik
Kenongo, Klepon Bulan, Industri Tas dan Koper Tanggulangin serta Candi Pare.
4.
Unit
Bisnis UKM (Usaha Kecil Menengah) yang
Terintegrasi
Terciptanya kawasan industri bagi
masyarakat perkebunan tentu memerlukan usaha terkait yang menggerakkan roda
ekonomi sekitar. BUMN Perkebunan perlu mendorong terbentuknya unit
bisnis UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi
masyarakat, khususnya yang dapat terintegrasi. Untuk mendorong
lahirnya pengusaha-pengusaha baru di lingkungan PG, yaitu melalui pemberian
pelatihan kepada masyarakat yang ada disekitar. Pelatihan keterampilan misalnya
dapat berupa olahan makanan dan minuman, produk kerajinan, gulung dynamo,
bengkel sepeda motor, listrik dan kepariwisataan.
Materi pelatihan lainnya tentang
pengenalan dan menggunakan alat-alat mekanisasi yang dibutuhkan petani dalam
proses menanam tebu. Juga misalnya materi pembibitan dengan metode budchips. Dengan memahami aplikasi budchips, diharapkan petani bisa
memenuhi kebutuhan bibit sendiri. Apabila lebih, bibit itu bisa dijual. Inilah
salah satu bentuk bisnis tebu. Kemudian juga tidak hanya memberikan pelatihan
saja, akan tetapi dengan memberikan pinjaman lunak bagi masyarakat yang ingin
memulai usaha.
5.
Membangun
Kelembagaan Petani
Secara substansial, upaya
kelembagaan tersebut pada dasarnya dapat dipandang sebagai langkah menuju
rekonstruksi ulang dalam penguasaan dan akses sumberdaya produktif di bidang
pertanian, terutama berkaitan dengan pengembangan agribisnis. Pengembangan agribisnis
dengan agro-industri perdesaan perlu didukung kelembagaan yang sesuai,
mengingat karakteristiknya yang sangat beragam. Namun pada dasarnya adalah
bagaimana menguatkan struktural dan kesiapan masyarakat. Kelembagaan yang
ada di pedesaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembangunan agribisnis serta
mampu menumbuhkan perekonomian daerah.
6.
Rumah
Sakit
Kebijakan PTPN X untuk menjadikan
rumah sakit sebagai anak perusahaan adalah suatu gebrakan yang patut dijadikan
contoh bagi PTPN lainnya di Indonesia
karena pengaruh pembentukan anak perusahaan sangat besar bagi korporat induk,
antara lain peningkatan kinerja, pengembangan usaha, dan profit margin
perusahaan pun juga akan melonjak. Rumah sakit akan menjadi sebuah bisnis yang
sangat menjanjikan ke depan karena bentuk jasa atau pelayanan yang pasti tidak
akan habis ditelan zaman.
7.
Program
Peduli Lingkungan
Kegiatan ini utamanya dilakukan
untuk menjaga kelestarian lingkungan khususnya keseimbangan ekosistem.
Contohnya ialah dengan melakukan tebar benih ikan ke sungai, penanaman sejuta
pohon, kegiatan bersih-bersih sungai, dan aneka kegiatan lainnya. Program semacam
ini patut digelar tidak lain merupakan upaya untuk peningkatan kualitas
lingkungan hidup yang ada saat ini. Diharapkan bagi pelaku agribisnis yang
bertanggung jawab membina lingkungan juga agar memperhatikan segi kontinuitas
program.
D.
STRATEGI
PENDEKATAN KLASTER KAWASAN AGRIBISNIS
Pendekatan
klaster yang mempunyai ciri pusat pertumbuhan industri sejenis merupakan modal
untuk membangun pelaku bisnis kecil di kawasan atau sentra produksi. Prinsip
yang akan dikembangkan adalah menciptakan dinamika klaster dengan memainkan
instrumen dukungan finansial dan non-finansial. Dukungan non-finansial sangat
penting, karena itu setiap sentra seharusnya tersedia layanan pengembangan
bisnis bagi pekebun, pengolah dan pelaku usaha kegiatan terkait. Layanan
pengembangan bisnis meliputi konsultasi manajemen, pengembangan teknologi dan
jaringan pasar, serta pelatihan.
Menjaga
dinamika klaster agar tumbuh menjadi pusat pertumbuhan yang melahirkan industri
terkait baik hulu maupun di hilir atau pendukung maupun outlet. Kapasitas PG yang
mengalami kelebihan pasokan bahan baku
dapat dikembangkan pengolahan tebu skala kecil yang menjadi pengolahan antara
bagi pabrik gula atau industri pengguna langsung lainnya. Dalam hal ini juga
perlu dijajaki kemungkinan pengembangan industri pemurnian gula cair sebagai
produk potensial bagi pasar gula di sektor industri makanan dan minuman serta
hotel dan restoran.
Pengembangan
agribisnis tebu rakyat harus menekankan pada orientasi misi untuk memanfaatkan
peluang lebar dari pengembangan produk dari tebu. Pendekatan klaster agrobisnis
dapat diperkenalkan dan mengkaitkan sumber dana dari berbagai lembaga permodalan
adalah strategi tepat untuk membuat agrobisnis tebu rakyat secara komersial
yang layak. Strategi pendekatan yang harus dikembangkan secara optimal:
- Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang sehat
- Membangun sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama
- Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi lingkungan guna mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui penciptaan lapangan kerja
- Melaksanakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar
- Melakukan investasi energi terbarukan, pengembangan investasi sosial untuk mengatasi konflik, Investasi R&D, Investasi HRD, dan Investasi corporate brand promotion
- Merangkul masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat untuk menggali potensi yang terdapat di daerah tersebut
- Meningkatkan peran PKBL, khususnya dalam menyalurkan anggaran dalam rangka percepatan pertumbuhan perekonomian
- Memperkuat program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan
E.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini antara lain:
- BUMN Perkebunan memiliki tanggung jawab untuk dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sesuai sumberdaya yang tersedia.
- Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) tebu di daerah merupakan nilai tambah dan multiflier effect terhadap berkembangnya sektor ekonomi daerah.
- Model pengembangan kawasan agribisnis terpadu antara lain kebun plasma, bangun desa, pariwisata, UKM, kelembagaan petani, rumah sakit, dan peduli lingkungan.
- Pendekatan klaster agrobisnis dapat diperkenalkan dan sumber dana permodalan adalah strategi tepat membuat agrobisnis tebu rakyat secara komersial yang layak.
REFERENSI
Balitbangtan.
2007. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Tebu. Edisi Ke Dua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. 2007
Lubis, Fadli Akbar.
2012. Artikel : Agribisnis Membangun Pertanian dan Ekonomi. http://www.analisadaily.com/.
Diakses
10 Januari 2013
Kemenperin. 2012. Dorong Perekonomian Daerah. http://www.kemenperin.go.id/.
Diakses 11 Januari 2013
Kemenperin. 2012. Peran Sektor Industri dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional.
http://www.kemenperin.go.id/. Diakses 11 Januari 2013
Okezone. 2012.
http://www.okezone.com/
PTPN X. 2012. http://www.ptpn10.com/
0 comments:
Post a Comment