Pengembangan Wisata Sejarah Pabrik Gula: Potensi Bisnis dan Model Pemasarannya
A.
PENDAHULUAN
Dalam sejarah, produksi gula merupakan salah satu produksi
perkebunan tertua dan terpenting yang ada di Indonesia. Melihat sejarah
perkembangannya yang panjang, pabrik gula (PG) memiliki dimensi historis
pergulaan Indonesia
yang notabene telah berdiri di masa kolonialisme Belanda. Apabila dikembangkan secara
serius, potensi tersebut bisa dioptimalkan dengan mengemasnya menjadi salah
satu komoditas wisata sejarah, seperti halnya situs-situs dan cagar budaya
lainnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan apabila dipoles secara impresif,
wisata sejarah dapat menjadi industri yang menjanjikan.
Istilah industri sangatlah luas, termasuk industri pariwisata
yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa:
wisata seni dan budaya (misalnya: pertunjukan seni budaya), wisata pendidikan (peninggalan,
arsitektur, alat, dan museum), wisata alam (pantai, pegunungan, dan perkebunan),
wisata kota
(pusat pemerintahan, pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan), dan
tentunya juga wisata sejarah.
Maka pengemasan pola pariwisata di PG menjadi subtansi yang
perlu diwujudkan. Sebagai wisata sejarah, PG memiliki bangunan-bangunan tua masih
berdiri tegak. Bukti-bukti peninggalan sejarah seperti itu merupakan aset
berharga yang harus dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. Terlebih jika
dalam upayanya, dapat terintegrasi dengan berbagai aspek lain, khususnya bagi
PG yang bermula dari sektor pertanian (agriculture).
Konsep agriculture
yang dapat dipisahkan antara kata “agri”
dan “culture” maka kombinasi antara
aspek pertanian dan kebudayaan merupakan faktor kuat untuk akar pengembangan
bentuk wisata kesejarahan. Wisata sejarah dirasa perlu menonjolkan budaya Jawa yang
berpadu dengan kemeriahan pagelaran rutin. Seiring dengan hal tersebut, kata “blusukan”
yang sedang santer terdengar dapat dijadikan sebagai kampanye khusus untuk menarik
antusias wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung. Sehingga
pada akhirnya wisata sejarah pabrik gula menjadi bisnis yang prospektif.
B.
PERKEMBANGAN
DAN POTENSI BISNIS WISATA SEJARAH PG
Wisata sejarah merupakan pilihan untuk mempublikasikan
bukti-bukti sejarah yang bermanfaat untuk sarana edukasi dan sarana keuntungan.
Akan tetapi belum semua potensi situs sejarah di Indonesia dikelola dengan baik. Di
pabrik gula, kondisinya tidak dapat dibilang bagus, beberapa di antaranya sudah
mulai rusak. Rerumputan dan perdu menjadi penghias halaman, serta besi dan
roda-roda lori tampak berserakan. Apalagi bangunan kuno tidak banyak mengalami
perombakan. Sehingga kesan mistis sangat terasa sekali.
Hal ini didukung rendahnya minat masyarakat berkunjung ke tempat-tempat
sejarah, minimnya pemanfaatan teknologi informasi, belum tumbuhnya kreativitas
program, dan belum terintegrasikannya dengan operasional pabrik. Padahal di Era
Global sekarang ini, pelaku bisnis dituntut harus mampu bersaing melakukan
inovasi agar dapat memberikan nilai tambah pada setiap industri mereka. Paradigma
tentang pabrik gula hanya merupakan tempat proses produksi gula, harus mulai
diganti dengan pengembangannya sebagai tempat tujuan wisata sejarah untuk kepentingan
edukasi dan rekreasi masyarakat umum.
Terdapat keunggulan teknis yang harus dioptimalkan. Bukti
peninggalan sejarah seperti bangunan kuno yang mempunyai arsitektur khas, alat
atau mesin-mesin pergulaan, ataupun lori dan kereta uap serta dokumentasi dapat
dijadikan materi dalam wisata sejarah. Adanya lahan pabrik yang relatif luas,
juga letaknya yang strategis, kemudian budaya masyarakat yang dapat digali
sesuai potensi maka tidak salah apabila disebut wisata sejarah memiliki prospek
yang baik khususnya dalam melebarkan sayap bisnis perusahaan. PG harus mampu
mengatur tata kelola seperti mulai melakukan renovasi, pendokumentasian arsip
sejarah yang baik dan detail, dan penyediaan fasilitas tambahan.
C.
“BLUSUKAN PG” SEBAGAI MODEL PEMASARAN WISATA
SEJARAH PG
Mewacanakan program “Blusukan PG” maka secara intensif
mengampanyekan gerakan wisata sejarah dan secara persuatif mengundang penuh
masyarakat agar tertarik untuk mengunjungi PG sebagai ajang wisata yang
menarik. Tentunya keberhasilan hal ini harus didukung oleh bentuk paket wisata
yang unik dan model pemasaran yang apik. Berikut dituliskan beberapa gagasan
mengenai model dan strategi pemasaran pabrik gula sebagai objek wisata sejarah
berbasis budaya, yaitu:
1.
Event
atau Pagelaran sebagai Branding
Berbagai event atau pagelaran yang dikemas dengan balutan
kegiatan yang ekspresif, menarik, atraktif, serta edukatif atau bahkan edukatif
akan mudah sekali diterima oleh kalangan masyarakat. Agar lebih berkarakter, unsur
budaya Jawa dan kedaerahan perlu diangkat dalam bentuk kegiatannya. PG merupakan
hilir dari interaksi industri, masyarakat petani dan budayanya. Beberapa jenis
tradisi dalam masyarakat sebenarnya merupakan representasi adanya PG yang ada
seperti tradisi buka giling.
Pengemasan secara baik dan rutin dalam festival kebudayaan, dapat
memberikan keuntungan komersiil dan pelestarian sejarah yang menjadi kredit
tersendiri dan bahkan dapat menggaet sumber dana lain dari pihak sponsor/donatur.
Event ini dapat dijadikan branding, juga
memacu masyarakat untuk menggali potensi kebudayaan seperti kirab, upacara wiwitan (panen), cembengan, jatilan, dan tayub.
Event seperti ini juga bisa masuk dalam agenda daerah yang melibatkan
pemerintah setempat dan sektor lainnya.
2.
Museum
Pabrik Gula
Museum Pabrik Gula adalah bentuk wisata yang memungkinkan untuk
memberikan nilai lebih tanpa memerlukan biaya mahal dan tidak mengganggu proses
produksi. Untuk mendongkrak jumlah pengunjung, dapat dilakukan dengan Gelar
Pameran menampilkan koleksi yang dimiliki serta rangkaian acara
menarik seperti talkshow, pertunjukan budaya, pemutaran
film, workshop, seminar, dan masih banyak lagi. Hal ini tentu
mendukung pencanangan program Tahun Kunjungan Museum dan Gerakan Nasional Cinta
Museum sejak 2010 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
3. Agrowisata yang Terintegrasi
Mengelola agrowisata dengan unit usaha yang memiliki lokasi
berpemandangan indah, sejuk dan berpotensi wisata karena keunikannya, dapat
dikembangkan melalui penataan lingkungan seperti jalan-jalan perkebunan yang
ada dibuat teratur dan rapi, ditambahkan fasilitas taman bermain dan rekreasi
keluarga, anjangsana/panggung budaya, restoran, tempat penjualan souvenir,
wisata perkebunan dan PG dengan fasilitas Kereta Api (Lory) peninggalan jaman
Belanda, atau juga paket outbound atau
camping. Sehingga akan menyediakan
sisi kenyamanan tersendiri yang lengkap serta terintegrasi dengan nilai sejarah
dan keindahan futuristik desain bangunan maupun kesan suasana yang ada.
4.
Menyelenggarakan
Perlombaan
Berbagai jenis perlombaan juga dapat dilakukan sebagai upaya
menarik wisatawan untuk “Blusukan PG”. Antara lain perlombaan film dokumenter,
fotografi, lukisan, maupun tarian tradisional. Sasaran peserta dan tema yang
diusung dalam perlombaan tersebut pun juga bias sangat beragam. Contohnya lomba
fotografi bertemakan bangunan PG. Hal ini dapat dinilai sebagai sarana promosi secara
tidak langsung yang sangat bermanfaat.
5.
Paket
Wisata
Paket wisata itu penting. Upaya memasukkan program study tour ke PG dilakukan dengan mengadakan
sosialisasi ke pihak sekolah. Kegiatan semacam ini akan menghasilkan efek
berantai yang menguntungkan sektor wisata. Penyebaran modul atau leaflet sebagai media informasi juga
penting untuk mengenalkan wisata sejarah yang dimiliki. Disamping itu dapat
pula paket diskon bagi pengunjung, serta paket khusus di hari-hari tertentu.
6.
Membentuk
Tim Terpadu
Tim pengelola wisata sejarah ini diperlukan baik itu untuk
tugas kajian atau riset pasar maupun dalam tahap pengoperasian wisata dan
pengembangannya. Riset pasar diperlukan agar mampu mengakses
informasi pasar serta menganalisisnya. Pengoperasian wisata meliputi pembangunan,
pemeliharaan, maupun manajemen pengelolaan. Sedangkan pengembangan adalah tugas
tim untuk mempromosikan wisata dan menarik investor.
7.
Kerja
Sama Intensif
Kerja sama dapat diciptakan melalui kesinambungan komunikasi
aktif antara pihak PTPN atau pengelola dengan pihak pemerintah (pusat maupun
daerah), instansi-intansi yang berpeluang menjadi mitra acara (sponsor), dunia
pendidikan, budayawan, tokoh masyarakat, dan sejarawan itu sendiri. Misalnya kerjasama
dengan jasa tour & travel untuk memasukkan kunjungan ke PG dalam paket
wisatanya. Juga contohnya dengan masyarakat, untuk menyebarkan info mengenai
wisata sejarah dari mulut ke mulut.
8.
Pelatihan Bisnis Pariwisata bagi
Masyarakat
Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) memberikan
pelatihan Pariwisata ke masyarakat di lingkungan PG dengan materi-materi tentang
kepariwisataan seperti ticketing, guiding hingga tour
planning.
Peserta dilatih agar memiliki kemampuan membuat paket tur hingga membuat range harga untuk
paket tur yang ditawarkan.
9.
Media Online atau Social Media
Perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan sebagai
ruang promosi misalnya dengan pengelolaan web untuk ber-iklan/promosi tentang
keunggulan wisata sejarah. Kemudian melalui jejaring sosial seperti facebook/twitter, yang menumbuhkan
interaksi dengan berbagai komunitas yang ingin mendapatkan informasi tentang wisata
sejarah PG. Sehingga beragam komentar, saran, kesan maupun penilaian dari
masyarakat tentang potensi wisata akan mudah dihimpun dan ditanggapi.
10.
Slogan “Blusukan PG”
Untuk menegaskan keberadaan wisata sejarah PG beserta
strategi pemasaran yang dilakukan maka penting bagi pengelola memiliki sebuah Imaging Word yang merupakan wacana
andalan sebagai slogan persuatif seperti mengampanyekan “Blusukan PG”. Kata “blusukan” sendiri
saat ini sangat familier dengan masyarakat sehingga dapat dijadikan pencitraan
sosialisasi khusus untuk menarik antusias wisatawan agar mau berkunjung.
D.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini antara lain:
- Pabrik gula (PG) memiliki dimensi historis pergulaan Indonesia, potensi yang bisa dioptimalkan dengan mengemasnya menjadi salah satu komoditas wisata sejarah.
- Wisata sejarah perlu menonjolkan budaya Jawa yang berpadu dengan kemeriahan pagelaran rutin, dibarengi wacana “Blusukan PG” untuk menarik antusias wisatawan.
- Keberhasilan wisata sejarah harus didukung oleh bentuk wisata dan model pemasaran apik, seperti event, museum, agrowisata, perlombaan, paket wisata, tim, kerja sama, pelatihan bisnis bagi masyarakat, media online, serta slogan khusus.
REFERENSI
Anonim. 2010.
Dari Rencana Pengembangan Wisata di Pabrik Gula Rendeng (1). http://www.jawapos.co.id/. Diakses 11
Januari 2013
Balitbangtan.
2007. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Tebu. Edisi Ke Dua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. 2007
Okezone. 2012.
http://www.okezone.com/
PTPN X. 2012. http://www.ptpn10.com/
0 comments:
Post a Comment