Era sepak bola modern
seperti sekarang rerata klub dunia cenderung memainkan hanya satu orang
penyerang di lini depan. Hal ini diakibatkan dengan tren formasi yang digunakan
oleh kebanyakan tim untuk lebih memilih memperkuat lini tengahnya. Akan sangat
mudah dijumpai formasi misalnya 4-2-3-1, 4-5-1, 4-4-1-1, dan rangkaian pakem
lainnya yang mengandalkan striker tunggal.
Tentu ini berbeda dengan
tren terdahulu yang lebih sering antara 3-5-2 atau pula 4-4-2. Setidaknya dulu
gubahan formasi seperti 3-4-1-2 dan 4-3-1-2 pun sangat loyal mempercayakan
sektor daya gedor kepada sepasang striker yang saling mengisi dan bernaluri gol
tinggi.
Nah, hilangnya tren duet
striker pun makin ditunjukkan dengan minimnya ikon duet yang kompak
yang menjelma sebagai tandem yang seperti tidak dapat dipisahkan. Sedikit
menengok ke musim-musim sebelumnya amat banyak sekali sederetan penyerang yang
melegenda dengan partnernya sebagai duet striker mesin gol timnya
masing-masing.
1. Chris Sutton -
Alan Shearer (Blackburn Rovers, 1994-1996)
Siapa yang bisa
melupakan "SAS"? Chris Sutton dan Alan Shearer sukses melesatkan
Blackburn ke puncak tertinggi Inggris berkat rentetan gol mereka. Perlawanan
Aston Villa dan Manchester United pun mereka patahkan hingga pekan
pamungkas. Beberapa tahun berselang, Shearer berduet dengan Teddy
Sheringham di timnas Inggris. Beberapa meyakini mereka sebagai "SAS"
kedua. Akan tetapi, kombinasi modifikasi itu tidak dapat menandingi versi
aslinya.
2. Gianfranco Zola
- Gianluca Vialli (Chelsea, 1996-1999)
Pasangan ini sering disebut sebagai dua pemain kunci dalam kebangkitan Chelsea musim 1997, dengan membantu memenangkan Piala FA dengan kemenangan 2-0 atas Middlesbrough di Stadion Wembley. Kemudian juga menorehkan tiga trofi untuk Chelsea, yaitu Piala Liga, Piala Winners dan Piala Super. Sebuah kombinasi yang pas pesepakbola dari ranah Italia.
Pasangan ini sering disebut sebagai dua pemain kunci dalam kebangkitan Chelsea musim 1997, dengan membantu memenangkan Piala FA dengan kemenangan 2-0 atas Middlesbrough di Stadion Wembley. Kemudian juga menorehkan tiga trofi untuk Chelsea, yaitu Piala Liga, Piala Winners dan Piala Super. Sebuah kombinasi yang pas pesepakbola dari ranah Italia.
3.
Dwight Yorke - Andy Cole (Manchester United, 1998-2001)
Khususnya pada musim 1999, total 53 gol yang digelontorkan duet
Yorke dan Cole berhasil mengantarkan The Red Devils sukses meraih treble
winners. Keduanya pun sering mencetak
gol bersamaan dalam satu pertandingan. Seolah telah dihubungkan dengan telepati,
kombinasi umpan-umpan satu sentuhan dan assist mereka nyaris
tak bisa dihentikan oleh lini pertahanan tim-tim lawan.
4.
Marcelo Salas - Christian 'Bobo' Vieri (Lazio, 1998-1999)
Uniknya duet ini begitu mempesona yang hanya bertahan selama semusim arena kompetisi. Kerja sama apik antara keduanya terjalin rapi untuk Lazio dengan mempersembahkan Piala Winners. Vieri sukses mencetak 12 gol di Serie A dan satu golnya di Eropa. Duet ini terpaksa terhenti karena Vieri memutuskan untuk hijrah ke Inter Milan dengan rekor transfer dunia kala itu sebesar £ 32 juta.
5.
Edmundo - Gabriel Batistuta (Fiorentina, 1997-1999)
Duo Amerika Latin ini seakan menjadi momok yang berbahaya bagi lawan-lawan Fiorentina di Serie-A. Ya, dua posisi striker tim nyaris selalu menjadi milik Edmundo Alves de Souza Neto dan Gabriel Omar Batistuta. Meski gagal mempersembahkan Scudetto, mereka total telah melesatkan ratusan gol dan ratusan assist. Bahkan julukan Batigol pun melekat pada nama Batistuta.
Duo Amerika Latin ini seakan menjadi momok yang berbahaya bagi lawan-lawan Fiorentina di Serie-A. Ya, dua posisi striker tim nyaris selalu menjadi milik Edmundo Alves de Souza Neto dan Gabriel Omar Batistuta. Meski gagal mempersembahkan Scudetto, mereka total telah melesatkan ratusan gol dan ratusan assist. Bahkan julukan Batigol pun melekat pada nama Batistuta.
6. Alessandro Del Piero - Filippo 'Pippo' Inzhagi (Juventus, 1997-2001)
Duet
ini dijuluki Del-Pippo. Pasangan yang amat melekat dengan nomor punggung 10 dan
9 ini merupakan momok yang menakutkan bagi lawan-lawannya. Keperkasaan Juve pun
sangat terbantu oleh peran mereka. Alhasil gelar Scudetto Liga Serie-A Italia pun acap menjadi milik Si Nyonya Tua. Kerja samanya yang dibantu playmaker nomor wahid 'Zinedine Zidane' amat merepotkan tim-tim lawan tak hanya di Italia tapi juga Eropa.
7.
Michael Owen - Robbie Fowler (Liverpool, 1996-2001)
Duet maut yang satu ini
terlihat seperti sepasang kakak-adik yang rajin saling bahu-membahu dalam
menggedor jala lawan. Michael Owen termasuk penyerang fenomenal The Reds di era
90-an sampai awal 2000-an. Berkostum merah-merah sejak 1996-2004, Owen
menyumbang 118 gol dari 216 laga. Sedangkan Robbie Fowler membela
Liverpool sejak 1993-2001 dan 2006-2007. Fowler sendiri telah berhasil
menyumbang 128 gol untuk The Reds.
8.
Enrico Chiesa - Hernan Crespo (Parma, 1996-1999)
Salah
satu duet striker paling tajam di Italia pada era 1990-an. Kombinasi
Hernan Crespo dan Enrico Chiesa di Parma sanggup menghasilkan rata-rata puluhan
gol setiap musimnya. Crespo dan Chiesa membantu Gialloblu menyabet
trofi Coppa Italia 1998/99 serta Supercoppa Italiana 1999. Dalam partai puncak
Piala UEFA di Luzhniki Stadium, Moscow, pada tahun yang sama, keduanya mencetak
masing-masing satu gol ke gawang Marseille ketika Parma menang tiga gol tanpa
balas dan keluar sebagai juara.
9. Dennis Bergkamp - Thiery Henry (Arsenal, 1999-2006)
Keduanya
memang sangat kompak ketika di Arsenal. Bergkamp adalah support
striker papan atas, sedangkan Henry adalah seorang pencetak gol alami
dari berbagai posisi. Tujuh tahun memperkuat the Gunners,
mereka memenangkan dua titel Premier League dan tiga Piala FA.
10. Raul Gonzales - Fernando Morientes (Real Madrid, 1997-2005)
Bersama
Raul, Fernando Morientes membentuk salah satu kombinasi predator paling
mematikan dalam sejarah Real Madrid. Tujuh tahun di Santiago Bernabeu,
dengan Raul sebagai partner sehatinya, Morientes membantu Los Merengues memenangi
dua gelar La Liga, tiga titel Supercopa de Espana, tiga trofi Liga Champions,
satu Piala Super Eropa, dan dua Piala Interkontinental. Duet ini resmi
bubar setelah Morientes hengkang ke Liverpool pada 2005. Raul sendiri tetap di
Bernabeu sebelum akhirnya hijrah ke Jerman pada tahun 2010 silam.
Duet memang diistilahkan sebuah kombinasi antar
dua orang yang bertugas untuk saling membantu sehingga mampu memukau banyak
orang dan pastinya demi menciptakan sebuah gol atau rekor. Layaknya
sepasang kekasih... duet maut ini seperti pasangan yang tidak pernah
terpisahkan, baik saat berada di luar lapangan sekalipun.
0 comments:
Post a Comment