Hari ini dikatakan sebagai Hari Ibu, namun bagiku hari ini tak lebih dari sekedar hari-hari biasa bila kita tak beranjak untuk berpikir dan bertindak..
Ucapan itu bagiku tak hanya datang hanya di hari itu...
Karena ibuku pun tak mengerti akan hari ini.. sama dengan hari ulang tahunnya...
Tiada tanggal pasti untuk hari bersejarah kelahirannya, dan yang tertera di KTP pun hanyalah formalitas tanggal saja. Tak lebih...
So kapan aku merayakan ulang tahunnya, atau paling tidak memberikan ucapan?
Seharusnya memang setiap hari jawabannya... melalui do'a...
Nah bagi sebagian orang, aku ini dikenal sebagai seorang aktivis, aku ini organisatoris, banyak yang mengecap pula aku ini akademisi, aku mungkin juga banyak yang mengenal sebagai seorang futsalis yang hobinya futsal saban hari, mungkin juga orang yang brengsek, jahil, kacau, pendiem, pemalu, dan segala jenis lagi yang menilaiku dengan pandangan masing-masing...
Namun aku tak memilih sebagai seorang yang dianggap seperti itu. Peranku memang saat ini hanya seorang mahasiswa, yang mencoba untuk mendapati segala apa saja yang kiranya memberikan pengalaman dan kiranya menghidupkan atmosfer keseharianku. Serta kiranya dapat menghadirkan kebermanfaatan untuk orang lain. Walaupun terkadang harus melawan arus, dan berada di posisi yang diabaikan serta terasingkan. Sendiri, tanpa kawan dan tiada dampingan...
Mungkin tak banyak tahu lebih jauh tentangku .....
Dalam hati aku selalu menyemangati diri ini dengan sebutan Mahasiswa 400rb..
Tak banyak yang tahu...
Dalam kehidupan lebih dari 3 tahun bermahasiswa, aku hidup dalam naungan kesibukan yang terkadang melihatkanku kepada orang lain seakan-akan saya congak, sok sibuk, dan individualis. Karena memang di balik itu aku ingin selama aku masih bisa berpikir dan punya waktu, inginlah aku bermanfaat untuk apa yang aku ikuti. Dan terkadang aku sangatlah senang untuk sekedar mendapatkan jatah konsumsi kegiatan, untuk dapat membayar utang, untuk mengerjakan tugas akademis, istilahnya itulah mata pencaharianku selama bermahasiswa. Karena aku memang belum berhasil berwirausaha dengan sukses, maupun bekerja. Dan juga perawakan yang masih saja awet dengan predikat kurus. Tak apa, karena dua kali sehari makan yang terkadang bisa hanya sekali ditambah mobilitas 'menyapu' kampus yang lebih dari jumlah makan rasanya memang sebanding dengan kepuasan batin walaupun kadang terasa miris. Apakah sebegitu menderitanya diriku? Secara kasat mata memang tidak.. Pernah aku berjualan buku di lapak boulevard kampus, pernah pula aku berjualan es buah disana, menjual pakaian, pernah pula aku mengajar anak-anak kecil dekat lingkungan kost. Namun aku masih belum bisa seperti kawan-kawan yang mantap untuk berwirausaha ataupun yang lainnya.
Cara itulah yang menjadi pilihanku...
Ya, 400rb itulah yang ada tiap bulannya... mungkin teman-teman banyak yang kurang daripada itu. Namun spiritku adalah aku tahu lebih banyak lagi yang lebih daripada angka itu.
Tak lain karena ada hutang moral yang mezti aku pertaruhkan...
Kakak yang membiayaiku,,,
Aku merasa mempunyai hutang sikap, karena aku tahu ibu juga merasakan beban perasaan akan hal itu. Karena beliau merasa tak bisa memberi apa-apa untukku di masa aku sudah tumbuh dewasa ini. Maka menjaga perasaan kakak dan ibu inilah yang menjadi pemacu...
Semasa kuliah ini aku banyak belajar akan kehidupan, walaupun masih banyak lagi yang aku belum pelajari dan masih banyak melakukan kelalaian...
Terutama masalah kemandirian dan perjuangan. Saat ini aku memang belum berhasil. Aku masih pengangguran dan tak punya nafkah sendiri. Namun sedikit demi sedikit, aku mulai belajar bersyukur untuk selalu menjalani hidup. Alhamdulillah aku bersyukur sekali karena sempat menerima beasiswa yang mampu mengurangi sedikit beban keluarga dengan menyisihkannya untuk membayar kuliah dan keperluan sendiri seperti pakaian, motor second, handpone dan laptop. Bukan maksud untuk pamer barang-barang tersebut. Karena memang bila dibandingkan dengan orang lain, jelas barang itu bukanlah apa-apa. Namun bagiku, itu sudah seperti hal yang luar biasa karena datang dengan hasil sendiri...
Secarik itu yang selalu menjadi semangatku dengan segala keterbatasan...
Dan cara kecilku untuk membalas sikapku yang tidak karuan di masa masih sangat bergantung kepada orang tua... Ya, aku dulu seorang anak yang bandel sekali.. Meski untungnya cukup baik hasil di bangku sekolah, aku sadar aku telah banyak melakukan kesalahan kepada orang tua...
Kini aku belum mampu memberikan hal lebih untuk kedua orang tua...
Aku bahkan juga sering sekali meninggalkan rumah akhir-akhir ini.. Terutama hampir setengah tahun lebih ini untuk merantau...
Tak seperti kebanyakan orang, ibu dan ayahku bukanlah orang-orang yang canggih katakanlah dengan mempunyai dan
membiasakan diri dengan ponsel di kantung atau genggamannya..
Tak seperti kebanyakan orang, ibu dan ayahku tidaklah suka keluar berdua menghabiskan waktu menikmati suasana kota..
Namun mereka selalu mendoakanku.. Itulah kunci di balik apa yang aku dapati saat ini..
Kesehatan, keberuntungan, dan segalanya.. Doa orang tua yang menjadi pengiring langkah kecilku...
Dan bagiku, Ibu saya adalah ibu juara satu terhebat di seluruh dunia...!!!
Special dedicated to my mother, and my belove family, also other person around of me...
2 comments:
supeeerr sekali yuan, 11.12 saya juga mahasiswa 300 ribu looh :)
Iya uya, semangate rantau.. jadi inget pesennya mba okta nomi 06.. "Jatimers must be number one".. hoho
Post a Comment