SOSIOLOGI PERTANIAN DESA SLOGOHIMO
KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI
Pembangunan pertanian dalam sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai meliputi semua aspek yang terlibat di dalam usaha tani dan tentunya
menyangkut kemasyarakatan, sistem sosial, dan keterlibatan pemangku kepentingan
atau pembuat kebijakan itu sendiri. Semua lapisan bagaimana dalam suatu
masyarakat menyikapi dan terpengaruh langsung dari semua kegiatan baik yang
terpola, tersusun, maupun tidak terstruktur atau timbul tidak dengan disengaja.
Sosiologi merupakan hubungan timbal balik yang terjadi antar anggota masyarakat karena ada interaksi yang terbatas, keberlanjutan, dan menghasilkan suatu keberlangsungan dalam masyarakat tersebut. Sosiologi merupakan kajian tentang hukum masyarakat dan proses yang berkenaan dengannya, dan orang yang berlainan bukan sebagai individu, tetapi juga sebagai ahli persatuan, kumpulan sosial, dan institusi (pendek kata sebagai anggota masyarakat). Sosiologi secara teori sering kali dikaitkan dengan masalah-masalah manusia dalam masyarakatnya.
Sosiologi merupakan hubungan timbal balik yang terjadi antar anggota masyarakat karena ada interaksi yang terbatas, keberlanjutan, dan menghasilkan suatu keberlangsungan dalam masyarakat tersebut. Sosiologi merupakan kajian tentang hukum masyarakat dan proses yang berkenaan dengannya, dan orang yang berlainan bukan sebagai individu, tetapi juga sebagai ahli persatuan, kumpulan sosial, dan institusi (pendek kata sebagai anggota masyarakat). Sosiologi secara teori sering kali dikaitkan dengan masalah-masalah manusia dalam masyarakatnya.
Sosiologi pertanian adalah suatu pengetahuan sistematis dari
suatu hasil penerapan metode ilmu dalam mempelajari masyarakat pedesaan,
struktur sosial dan organisasi sosial, dan juga sistem perubahan dasar
masyarakat dan proses perubahan sosial yang terjadi. Tapi dalam pengertian ini
tidak hanya cukup mempelajari saja, tetapi kita harus benar-benar paham tentang
penyebab terjadinya dan dampak atau akibat dari segala tindakan sosial yang
terdapat pada desa tersebut (Nasution, 1983).
Sosiologi pertanian cenderung mengarah pada lahan pertanian
dan kehidupan keluarga petani. Misalnya tentang pola-pola pertanian,
kesejahteraan masyarakatnya, kebiasaan atau adat istiadatnya, grup sosial,
organisasi sosial, pola komunikasi dan tingkat pendidikan masyarakat serta
struktur sosialnya.
Sasaran atau lokasi yang dipilih dalam praktikum kali ini
adalah Desa Slogohimo, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri. Dipilih karena
kondisi alam pertanian dan kemasyarakatan disini patut untuk diamati serta
diberikan analisis menyangkut bagaimana sosiologi pertanian di daerah ini.
Dimana daerah cukup luas dan penyebaran masyarakat cukup tinggi.
Struktur pelapisan masyarakat
berdasarkan status penguasaan tanah dapat digambarkan sebagai berikut:
Di Desa Slogohimo, petani pemilik
penggarap memiliki status tertinggi serta terbanyak jumlahnya sedangkan buruh
tani berada pada status paling bawah dengan jumlah di bawah petani penggarap..
Hal ini ditentukan oleh penilaian dalam masyarakat itu sendiri yang memang
sudah mentradisi. Seseorang yang memiliki tanah persawahan dianggap lebih kaya
daripada yang tidak memiliki. Sedangkan dari segi ekonomi, dengan status
kepemilikan akan berakibat pada lebih tingginya tingkat pendapatan.
Berdasarkan hasil pengamatan
dapat dipahami bahwa stuktur pelapisan masyarakat yang berdasarkan penguasaan
tanah warga Desa Slogohimo ialah sebagai petani pemilik penggarap sebesar 50 %,
petani penyakap 20 %, dan buruh tani sebesar 30 % sedangkan di Desa Slogohimo
tidak terdapat petani penyewa. Selama dalam masyarakat ada sesuatu yang
dihargai seperti uang atau benda – benda bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan,
ilmu pengetahuan atau juga keturunan dari keluarga maka akan menjadikan bibit
yang menumbuhkan adanya sistem pelapisan
masyarakat. Sistem pelapisan ini bersifat terbuka, artinya setiap orang dapat
sewaktu – waktu berganti status. Misalnya, yang semula hanya seorang buruh tani
dapat meningkat statusnya menjadi penyewa.
Sedangkan data hasil
pengamatan mengenai penggunaan pendapatan petani di Dusun Bondalem Desa
Slogohimo yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa mayoritas pendapatan petani
digunakan untuk Investasi(36,67%). Karena penduduk Desa Slogohimo mayoritas
adalah masyarakat dengan keadaan pengetahuan yang cukup. Jadi pendapatan mereka
sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk ternak/tanah. Kalaupun menabung
dengan jumlah yang sangat sedikit, itupun bila pendapatan untuk konsumsi ada
yang tersisa. Jumlah petani yang mempunyai tabungan adalah 19 responden dengan
persentase 31,67%. Kebanyakan warga Dusun Bondalem Desa Slogohimo yang menabung
mempunyai tujuan untuk Modal usaha (9 responden atau 45%).
Selain itu
juga untuk pendidikan anak nantinya. Dengan adanya tabungan mereka tidak perlu
meminjam kepada seorang rentenir atau pada Bank dengan bunga yang bagi mereka
sangat memberatkan. Karena mereka tahu pasti keadaan ekonomi wilayah mereka.
Jadi sangat sulit untuk mencari pinjaman dengan tetangga mereka. Dalam
melakukan investasi pada sektor pertanian biasanya petani dalam bentuk alat
alat pertanian (10 responden atau 43,48%) seperti cangkul, sabit, dll. Karena
semua itu merupakan modal utama seorang petani. Petani yang tidak mempunyai
cangkul, akan meminjam kepada petani lain. Padahal cangkul tersebut juga
dipakai sendiri oleh yang punya. Maka mereka harus menunggu yang punya selesai
mengerjakan terlebih dahulu baru mereka dapat meminjam, hal itu dapat
menyebabkan hasil panen tidak akan dapat berproduksi secara maksimal. Penggunaan
pendapatan didasarkan pada tingkat kebutuhan, semakin besar pendapatan
seseorang maka kebutuhanpun ikut bertambah sebaliknya semakin kecil pendapatan
maka kebutuhanpun semakin sedikit.
Tambahan referensi: Nasution, Adham.1983. Sosiologi. Penerbit
Alumni. Bandung
0 comments:
Post a Comment