Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts Coolbthemes

Friday, March 30, 2012

PERLINDUNGAN TANAMAN: OPT Pada Tanaman Kubis


Kubis adalah jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat. Dalam pengelolaan tanaman kubis, biasanya jenis pengganggu utamanya adalah hama. Sebagai contoh dari biota yang merugikan pada tanaman kubis. Selain itu diketemukan juga berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh biota-biota sekitar. Berikut diketahui hama dan penyakit pada tanaman kubis. Hama pada tanamanan kubis antara lain: Ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella), Ulat krop/jantung kubis (Crocidoomia binotalis), Ulat Grayak (Spodoptera Litura) dan Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon). Penyakit pada tanamanan kubis antara lain: Noda Cokelat, Busuk hitam, Busuk akar dan Busuk Lunak.

Cara pengendalian beberapa hama dan penyakit kubis dengan konsep PHT dapat dilakukan sebagai berikut :
a.  Untuk pengendalian hama ulat krop jantung kubis yang disebabkan (Crocidolomia binotalis Zell)  dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan (memusnahkan) telur, larva atau imago yang ditemukan.  Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan bila ditemukan 3 paket telur pada 10 tanaman dan 5 % tanaman terserang hama tersebut.  Pengendalian kimia cara tersebut dapat menghemat/menekan penggunaan pestisida 7 – 11 kali penyemprotan. 
b.  Untuk pengendalian hama ulat kubis Plutella xytostella dapat dilakukan dengan cara  mekanis dan kimia.  Cara mekanis yaitu dengan memusnahkan dan mengumpulkan semua larva imago yang ditemukan, sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan penggunaan pestisida selektif bila ditemukan 5 larva setiap 10 tanaman dan 5% dari jumlah tanaman telah terserang hama tersebut.  Dengan melakukan pengamatan, maka akan menghemat penggunaan pestisida 7 – 11 kali penyemprotan dengan dosis 0,5 – 1cc/liter tiap penyemprotan.
c.  Pengendalian penyakit bengkak akar yang disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae dapat dilakukan dengan (1) penggunaan varietas tahan P. brassicae (2) perlakuan benih dengan pestisida nabati (3) tanah untuk persemaian menggunakan tanah dari luar daerah endemis (4) melakukan pengapuran dengan dolomit (5) tanah diinokulasi dengan Gliogladium (Bio GL), (6) mencabut tanaman muda yang terserang dan memusnahkannya kemudian (7) memusnahkan segera sisa panen.
d.  Pengendalian penyakit bercak daun Altenaria dapat dilakukan dengan merendam benih dalam air panas (50oC) selama 15 menit, penggunaan jarak tanam yang agak lebar agar sirkulasi tanaman tidak terganggu, dan terakhir adalah penggunaan fungisida bila tanaman belum membentuk krop dan serangan lebih dari 10%.

Dalam pengendalian hama dan penyakit kubis dengan pestisida harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: (1) melakukan penyemprotan setelah ambang kendali untuk masing-masing hama atau penyakit terlewati, (2) pemilihan pestisida yang tepat dan efektif, (3) tidak menggunakan oplosan dari beberapa  bahan aktif pestisida yang berbeda, (4) Melakukan penyemprotan secara bergantian agar hama dan penyakit tidak kebal, (5) tidak mengurangi atau menambah takaran dari dosis yang dianjurkan, (6) waktu dan frekwensi penyemprotan dilakukan secara tepat dimana waktu penyemprotan sebaiknya pagi sekali atau sore dengan frekwensi tidak dirapatkan.

0 comments:

Post a Comment